Jumat, 23 Juli 2010

MAKALAH BBAT SUKABUMI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sumber daya perikanan di Indonesia potensinya sangat besar karena dua per tiga dari wilayah Indonesia adalah wilayah laut. Dengan luas perairan 5.000.000 Ha ini Indonesia memiliki berjuta jenis organisme akuatik. Maka tak heran jika Indonesia menduduki peringkat ke enam Negara produsen ikan di dunia dengan total produksi 5,6 juta ton (FAO,2003). Berbagai jenis baik ikan tawar mapun ikan laut yang dibudidayakan di Indonesia. Namun dengan jumlah produksi tersebut masih belum dapat mencukupi kebutuhan ikan baik di Indonesia maupun di dunia. Selain itu juga perkembangan dunia perikanan masih belum bisa menunjang perekonomian masyarakat.
Keterbatasan pengetahuan penduduk Indonesia dalam pembudidayaan perikanan baik dalam pembudidayaannya maupun dalam pemasarannya merupakan suatu penghambat berkembangnya dunia perikanan di Negara kita. Padahal jika kita cermati, peluang berbisnis di dunia perikanan masih terbuka luas bahkan dapat menghasilkan pendapatan yang cukup besar.
Selain keterbatasan pengetahuan, terbatasnya peralatan dan fasilitas yang menunjang pengembangan dunia perikanan menjadi suatu factor penghambat yang turut mempengaruhi laju perikanan di Negara kita. Namun seiring berjalannya waktu, pemerintah berusaha mengejar ketertinggalan teknologi dengan berangsur-angsur menyediakan peralatan yang modern. Selain itu juga pemerintah membangun balai-balai perikanan sebagai sarana penelitian serta pembudidayaan ikan baik ikan air tawar,payau maupun air laut.
Dewasa ini balai-balai perikanan telah tersebar diseluruh Indonesia baik balai air tawar,payau maupun air laut. Salah satu balai terbesar di Indonesia yaitu balai air tawar atau BBAT yang terletak di kota Sukabumi, Jawa barat, tepatnya pada KM 3 arah ke objek wisata Selabintana. Balai yang telah berdiri sejak tahun 1920 ini berfungsi sebagai balai budidaya air tawar, yang merupakan unit pelaksana terkni (UPT) direktorat jenderal perikanan.




1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari kuliah lapangan ke BBAT Sukabumi ini bertujuan sebagai berikut:
Mengetahui teknik-teknik pembudidayaan ikan air tawar
Mengetahui lokasi Balai Besar Air Tawar Sukabumi baik secara geografis maupun keadaan umumnya
Mengetahui fungsi dan peranan dari BBAT Sukabumi terhadap dunia perikanan di Negara kita
Dengan adanya kuliah lapangan ke BBAT Sukabumi dapat dijadikan sebagai transfer iptek para aquakulturis
Dengan adanya kuliah lapangan ke BBAT Sukabumi ini dapat menjadikan motivasi bagi mahasiswa/i untuk meningkatkan pengetahuan baik pengetahuan secara teori maupun praktek di dunia perikanan
Dengan adanya kuliah lapangan ini diharapkan dapat menumbuhkan sikap kritis mahasiswa/i untuk melakukan penelitian-penelitian yang dapat memperkaya ilmu perikanan.


















BAB II
HASIL

2.1 Sejarah singkat BBPBAT Sukabumi
Sejarah BBPAT dimulai sejak tahun 1920-1942 sebagai culture school (sekolah perkebunan) tetapi sering pula disebut sebagai landbouw school (sekolah pertanian).
Pada tahun 1943-1945 berubah menjadi noogako, dan tahun 1946-1953 berubah lagi menjadi sekolah pertanian menengah namanya kemudian diganti menjadi pusat latihan perikanan pada tahun 1954-1967, dan selanjutnya pada tahun 1968-1975 berfungsi sebagai training center perikanan.
Tahun 1976-1977 berkembang menjadi pangkalan pengembangan pola keterampilan budidaya air tawar, dan akhirnya pada tahun 1978 sampai sekarang menjadi balai budidaya air tawar, yang merupakan unit pelaksana terkni (UPT) direktorat jenderal perikanan.
2.2 Keadaan Umum
BBAT terletak di kota Sukabumi, Jawa barat, tepatnya pada KM 3 arah ke objek wisata Selabintana. Ketinggian dari permukaan laut kurang lebih 700 m dengan suhu udara berkisar antara 20-29 ÂșC .
Luas areal kurang lebih 26 Ha yang terdiri dari :
10 Ha perkolaman
3 Ha sawah dan
13 Ha berupa tanah darat yang dipergunakan untuk kantor,jalan, rumah dinas dan fasilitas lainnya seperti asrama, laboratorium basah, laboratorium kualitas air, laboratorium hama an penyakit ikan, bvangsal pembenihan, gudang pellet dan sarana olahraga.
Sumber air didapatkan dari dua buah sungai yaitu sungai Panjalu dan sungai Ciasrua yang keduanya berasal dari Gunung gede.
2.3 Kedudukan, Tugas dan Fungsi
Berdasarkan SK pertanian no 307/KPTS/Org/5/1978, disebutkan bahwa
1. BBAT adalah unit pelaksana teknis dibidang bimbingan produksi dan sumber hayati perikanan, dalam lingkungan departemen perikanan pertanian yang berada dibawah dan bertanggjung jawab kepada direktur jenderal perikanan.
2. BBAT dipimpin oleh seorang kepala dan wilayah kerjanya meliputi seluyruh Indonesia
3. BBAT mempunyai tugas melaksankan pemberian bimbingan budidaya air tawar sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
4. untuk melaksanakan tugas tersebut BBAT mempunyai fungsi :
a. Memberikan bimbingan teknis p[roduksi benih dan pemanfaatan benih alam:
b. melaksanakan teknis budidaya air tawar
c. melakukan pengamtan dan pengelolaan lingkungan
2.4 Susunan organisasi
BBAT terdiri dari :
1. Sub bagian TU;mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administrative kepada semua satuan organisasi dalam lingkungan BBAT. Sub bagian ini terdiri dari urusan umum, urusan kepegawaian, dan urusan keuangan.
2. Seksi produksi benih; mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok balai yang berupa pemberian bim,bingan dan peningkatan teknis produksi benih ikan serta pemanfaatan benih alam seksi ini terdiri dari sub seksi teknik pembenihan dan sub seksi pengadaan benih.
3. Seksi teknik budidaya; mempunyai tuigas melaksanakan peningkatan teknik budidaya air tawar, seksi ini terdiri dari subseksi kolam dan sawah serta subseksi perairan umum.
4. Seksi teknik perlindungan lingkungan ; mempunyai tugas melaksanakan pengamatan dan pengelolaan lingkungan. Seksi terdiri dari sub seksi pengamatan tanah dan air serta sub seksi hama dan penyakit.
2.5 Keadaan pegawai
Pegawai BBAT berjumlah 97 orang seluruhnya merupakan pegawai pusat ( pdepartemen pertanian), yang terdiri dari :
Sarjana perikana 13 orang
Sarjana biologi 1 orang
Sarjana ekonomi 2 orang
Sarjana pertanian 2 orang
Diploma IV Aup 3 orang
Diploma III aupu/sederajat 6 orang
Supm /sederajat 17 orang
Sakma 2 orang
SMA/sederajat 35 orang
SMP/sederajat 3 orang
SD 14 orang
2.6 Instalasi dan fasilitas
Dikomplek BBAT, selain kolam-kolam tempat pengujian teknologi budidaya dan produksi calon induk, terdapat pula fasiliotas-fasilitas penunjang lainnya , berupa :
1. bangsal pembenihan (hatchery) berfungsi untuk melakukan kegiatan pemijahan dan pemeliharaan larva ikan.
2. labolatorium kualitas air dan tanah, befungsi untuk melakukan kegiatan analisis kualitas air dan tanah media budidaya.
3. labolatorium hama dan penyakit berfungsi untuk melakukan kegiatan pengendalian hama dan penyakit ikan budidaya
4. laboratorium bakteriologi,berfungsi untuk melakukan kegiatan pengamatan dan pengendalian khusus mengenai bakteri termasuk imunisasi benih ikan.
5. laboratorium basah,berfungsi untuk pemeliharaan dan pengembanganberbagai jenis ikan hias air tawa.
6. perpustakaan,dengan buku buku perikanan berjumlah 1500 judul,dan non perikanan 200 judul.
7. asrama,berkapasitas 80 orang.
8. aula,berkapasitas 100 orang.
9. ruang rapat,aberkapasitas 30 orang.
10. guest haus,berkapasitas 32 orang.
11. sarana peribadatan (msjid) berkapasitas 150 orang.
Dalam melaksanakan tugasnya,selain fasilitas yang ada di komplek bbat jl,selabintana,bbat juga mempunyai stasiun pembenihan udang galah di pelabuhan ratu dan stasiun penbesaran ikan di kolam air deras (running water) di cisaat.
Selain itu dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pagawai,maka seluruh karyawan terhimpun dalam koperasi karya-wan bbat,dengan nama mina karya (komika) dengan badan hokum no.8492/bh/kwk/10/23.tanggal 10 oktober1986
2.7 kegiatan bbat
Mengingat bbat pada dasarnya melaksanakan sebagian tugas direktorat jenderal perikanan,khususnya yang bersifat operasional,maka sesuai dengan sk mentan no.560/1990 sebagai tugas direktorat jenderal perikanan di jabarkan sebagai berikut:
1. dalam penyiapan paket teknologi, maka BBAT
a. Melakukan pengujian teknologi
b. Melakukan evaluasi teknologi, khususnya di daerah-daerah
2. dalam bimbingan produksi maka BBAT
a. Melaksanakan bimbingan alih teknologi (pelatihan terhadap UPTD dan kontak tani)
b. Mayiapkan calon induk untuk BBI sentral
c. Melakukan pengawasan mutu benih/standarisasi/ sertifikasi
3. dalam pembinaan sumber, maka BBAT:
a. Melakukan identifikasi dan pemetaan potensi sumber
b. Melakukan identifikasi benih dan induk di alam
c. Melakukan identifikasi hama/penyakit dan pencemaran lingkungan
d. Melakukan sumber daya ikan kritis dan langka























BAB III
PEMBAHASAN

Komoditas yang dibudidayakan di BBAT sukabumi meliputi ikan lobster, nila, lele, gurame, udang galah, kodok lembu, sidat, mola dan ikan hias yang meliputi koi,arwana,super red dan mega red.
1. Pembenihan dan pembesaran ikan nila
Klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut:
Kelas : Osteichthyes
Sub-kelas : Acanthoptherigii
Crdo : Percomorphi
Sub-ordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus.
Terdapat 3 jenis nila yang dikenal, yaitu: nila biasa, nila merah (nirah) dan nila albino.
Pembibitan
* Pemilihan Bibit dan Induk
Ciri-ciri induk bibit nila yang unggul adalah sebagai berikut:
Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kwalitas yang tinggi.
Pertumbuhannya sangat cepat.
Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.
Resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit.
Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk.
Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 120-180 gram lebih per ekor dan berumur sekitar 4-5 bulan.
Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:
Betina
Terdapat 3 buah lubang pada urogenetial yaitu: dubur, lubang pengeluaran telur dan lubang urine.
Ujung sirip berwarna kemerah-merahan pucat tidak jelas.
Warna perut lebih putih.
Warna dagu putih.
Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.
Jantan
Pada alat urogenetial terdapat 2 buah lubang yaitu: anus dan lubang sperma merangkap lubang urine.
Ujung sirip berwarna kemerah-merahan terang dan jelas.
Warna perut lebih gelap/kehitam-hitaman.
Warna dagu kehitam-hitaman dan kemerah-merahan.
Jika perut distriping mengeluarkan cairan.
Ikan nila sangat mudah kawin silang dan bertelur secara liar. Akibatnya, kepadatan kolam meningkat. Disamping itu, ikan nila yang sedang beranak lambat pertumbuhan sehingga diperlukan waktu yang lebih lama agar dicapai ukuran untuk dikonsumsi yang diharapkan. Untuk mengatasi kekurangan ikan nila di atas, maka dikembang metode kultur tunggal kelamin (monoseks). Dalam metode ini benih jantan saja yang dipelihara karena ikan nila jantan yang tumbuh lebih cepat dan ikan nila betina. Ada empat cara untuk memproduksi benih ikan nila jantan yaitu:
• Secara manual (dipilih)
• Sistem hibridisasi antarjenis tertentu
• Merangsang perubahan seks dengan hormon
• Teknik penggunaan hormon seks jantan ada dua cara.
1. Perendaman
2. Perlakuan hormon melalui pakan
* Pembenihan dan Pemeliharaan Benih
Pada usaha pembenihan, kegiatan yang dilakukan adalah :
Memelihara dan memijahkan induk ikan untuk menghasilkan burayak (anak ikan).
Memelihara burayak (mendeder) untuk menghasilkan benih ikan yang lebih besar. Usaha pembenihan biasanya menghasilkan benih yang berbeda-beda ukurannya. Hal ini berkaitan dengan lamanya pemeliharaan benih. Benih ikan nila yang baru lepas dan mulut induknya disebut "benih kebul". Benih yang berumur 2-3 minggu setelah menetas disebut benih kecil, yang disebut juga putihan (Jawa Barat). Ukurannya 3-5 cm. Selanjutnya benih kecil dipelihara di kolam lain atau di sawah. Setelah dipelihara selama 3-1 minggu akan dihasilkan benih berukuran 6 cm dengan berat 8-10 gram/ekor. Benih ini disebut gelondongan kecil. Benih nila merah. Berumur 2-3 minggu, ukurannya ± 5 cm. Gelondongan kecil dipelihara di tempat lain lagi selama 1- 1,5 bulan. Pada umur ini panjang benih telah mencapai 10-12 cm dengan berat 15-20 gram. Benih ini disebut gelondongan besar.
Pemeliharaan Pembesaran
Dua minggu sebelum dan dipergunakan kolam harus dipersiapkan. Dasar kolam dikeringkan, dijemur beberapa hari, dibersihkan dari rerumputan dan dicangkul sambil diratakan. Tanggul dan pintu air diperbaiki jangan sampai teriadi kebocoran. Saluran air diperbaiki agar jalan air lancar. Dipasang saringan pada pintu pemasukan maupun pengeluaran air. Tanah dasar dikapur untuk memperbaiki pH tanah dan memberantas hamanya. Untuk mi dipergunakan kapur tohor sebanyak 100-300 kg/ha (bila dipakai kapur panas, Ca 0). Kalau dipakai kapur pertanian dosisnya 500-1.000 kg/ha. Pupuk kandang ditabur dan diaduk dengan tanah dasar kolam. Dapat juga pupuk kandang dionggokkan di depan pintu air pemasukan agar bila diairi dapat tersebar merata. Dosis pupuk kandang 1-2 ton/ha. Setelah semuanya siap, kolam diairi. Mula-mula sedalam 5-10 cm dan dibiarkan 2-3 hari agar teriadi mineralisasi tanah dasar kolam.Lalu tambahkan air lagi sampai kedalaman 80-100 cm. Kini kolam siap untuk ditebari induk ikan.
2. Budidaya ikan mas ( Cyprinus carpio L ).
Sejarah singkat
Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang pipih kesamping dan lunak. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum masehi di Cina. Di Indonesia ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun 1920. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Ikan mas Punten dan Majalaya merupakan hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya
Sentra perikanan
Budidaya ikan mas telah berkembang pesat di kolam biasa, di sawah, waduk, sungai air deras, bahkan ada yang dipelihara dalam keramba di perairan umum. Adapun sentra produksi ikan mas adalah: Ciamis, Sukabumi, Tasikmalaya, Bogor, Garut, Bandung, Cianjur, Purwakarta
Jenis
Dalam ilmu taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut:
Kelas : Osteichthyes
Anak kelas : Actinopterygii
Bangsa : Cypriniformes
Suku : Cyprinidae
Marga : Cyprinus
Jenis : Cyprinus carpio L.
Memilih induk ikan mas (cyprynus carpio)
Umur
Bentuk badan
Kepala
Sisik
Pangkal ekor
Jantan
Badan tampak ramping
Gerakannya lincah dan gesit
Jika bagian perut diurut (perlahan-lahan)dari depan kea rah sirip ekor akan mengeluarkan cairan berwarna putih sperma seperti santan kelapa.
Betina
Badan terutama bagian perut membesar atau buncit, bila diraba terasa lembek
Gerakannya terasa lamban, memberi kesan malas bergerak
Jika perut diurut, akan mengeluarkan cairan berwarna kuning
Pada malam hari biasanya meloncat-loncat
Mempersiapkan tempat untuk pemijahan
Perbaikan kolam
Pengringan dasar kolam

3.Pembenihan Ikan Gurami
Usaha budidaya untuk keperluan konsumsi sudah berkembang pesat seiring dengan kemanjuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang perikanan. Teknik budidaya ikan terus dikembangkan, baik jenis ikan yang dipelihara, fasilitas budidaya, penggunaan pakan dan cara reproduksi ikan untuk mengembangkan suatu spesies guna memperoleh keturunan lebih baik. Jaminan penyediaan benih dalam kualitas dan kauntitas yang memadai merupakan suatu syarat yang dapat menentukan keberhasilan usaha budidaya ikan. Banyak jenis dan ragam ikan yang mempunyai nilai ekonomis telah dikembangkan baik untuk pembesaran maupun perbenihan. Salah satunya adalah ikan gurami
Biologi Ikan Gurami
Dalam sistematikanya ikan gurami diklasifikasikan dalam :
• Kelas : Pisces
• Ordo : Labyrinthici
• Famili : Anabantidae
• Genus : Osphronemus
• Spesies : Osprhronemus gouramy Lac
Kegiatan Pembenihan
Kegiatan pembenihan terdiri atas beberapa tahapan yaitu :
1. Seleksi induk jantan dan betina yaitu :
Ciri induk jantan dan betina yaitu :
Ciri jantan :
• Dahi agak menonjol menyerupai cula
• Dasar sirip dada terang keputihan
• Dagu berwarna kuning
• Jika diletakkan di tempat datar ekornya naik keatas
• Ujung ekor hampir rata
• Bila dipencet perlahan kelaminnya mengeluarkan cairan sperma
• Sangat baik untuk dijadikan induk berumur antara 3-7 tahun.
Ciri betina :
• Dahi rata
• Dasar sirip dada gelap kehitaman
• Jika diletakkan di tempat datar ekornya digerak-gerakkan
• Ujung sirip ekor bundar
• Sangat baik dijadikan induk berumur antara 5-10 tahun.
2. Pembuatan Sarang
Kerangka sarang terbuat dari bambu yang ujungnya dibelah dan dianyam berbentuk kerucut. Diameter kerangka sarang antara 30-40 cm dan panjang ± 35 cm. Sarang diletakkan dibawah permukaan air antara 20-25 cm. Mulut sarang diarahkan keatas permukaan air dengan kemiringan 45o.
3. Pemijahan
Bila di kolam tidak dibuatkan sarang, biasanya induk gurami membutuhkan waktu membuat sarang setelah 15 haru dilepaskan, kesibukan ini berlangsung sekitar 1 minggu.
Pada saat proses pemijahan, telur dan sperma akan sama-sama dimasukkan oleh masing-masing induk. Proses pemijahan berlangsung selama 2-3 hari. Perbandingan ideal untuk induk jantan dan betina adalah 1:3.
4. Penetasan Telur
Sarang yang berisi telur dibersihkan atau dipisahkan dari kotoran yang menempel dengan cara membuka tutup sarang terlebih dahulu. Telur yang baik dan bakal menetas berwarna kuning mengkilat dan telur yang tidak baik berwarna keruh.
Telur kemudian dimasukkan ke dalam akuarium dengan tinggi air cukup 20 cm. Pada suhu 29oC telur akan menetas dalam waktu 30-36 jam. Setelah menetas tidak perlu diberi makanan tambahan karena masih tersedia kuning telur pada tubuhnya hingga umurnya 7-8 hari. Air diakuarium setiap hari dibersihkan dengan cara disiphon dengan membuang sepertiga sampai setengah bagian dan diganti air baru.
5. Pemeliharaan Larva
Larva dipindah ke kolam untuk dilakukan pendederan setelah berumur 10-12 hari. Pada umur tersebut bobot larva sudah mencapai 10 mg. Dengan penanganan yang baik kelangusungan hidup larva atau benih muda sampai umur 12 hari mencapai 90%.
Fase larva merupakan masa kritis dalam hidup ikan sehingga mortalitas pada fase ini sangat tinggi. Karena itu pengelolaan kesehatan lingkungan perkolaman dan pakan harus diperhatikan. Pakan yang diberikan sudah bisa berupa pakan buatan yang berbentuk powder dengan dosis 15-20% per berat biomassa, dengan frekuensi pemberian pakan 2-3 kali sehari.
4. Budidaya kodok lembu
Sejarah singkat
Budidaya kodok telah dilakukan di beberapa negara, baik negara beriklim panas maupun beriklim 4 musim. Tercatat negara-negara Eropa yang telah membudidayakan kodok antara lain : Prancis, Belanda, Belgia, Albania, Rumania, Jerman Barat, Inggris, Denmark dan Yunani, Amerika Serikat dan Meksiko. Sedangkan di Asia, Cina, Bangladesh, Indonesia, Turki, India dan Hongkong yang telah membudidayakan kodok.
Sejarah kodok tidak diketahui asalnya, karena hampir ditemukan di mana-mana, karena kemampuannya untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya. Kodok yang banyak dibudidayakan di Indonesia (Rana catesbeiana ) berasal dari Taiwan, kendati kodok itu semula berasal dari Amerika Selatan.
Sentra perikanan
Mulanya uji coba budidaya kodok dilakukan di Klaten (Balai bibit ikan), yang kemudian meluas ke Jawa tengah. Di Jawa Barat pembudidayaan kodok banyak ditemui di daerah pesisir Utara, disamping membudidayakan kodok masyarakat pesisir Utara juga menangkap dari alam. Kemudian di Sumatera Barat dan Bali juga merupakan sentra pembudidayaan kodok.
Jenis
Kodok tergolong dalam ordo Anura, yaitu golongan amfibi tanpa ekor. Pada ordo Anura terdapat lebih dari 250 genus yang terdiri dari 2600 spesies. Terdapat 4 jenis kodok asli Indonesia yang di konsumsi oleh masyarakat kita yaitu:
1. Rana Macrodon (kodok hijau), yang berwarna hijau dan dihiasi totol-totol coklat kehijauan dan tumbuh mencapai 15 cm.
2. Rana Cancrivora (kodok sawah ), hidup di sawah-sawah dan badannyadapat mencapai 10 cm, badan berbercak coklat dibadannya.
3. Rana Limnocharis (kodok rawa), mempunyai daging yang rasanya paling enak, ukurannya hanya 8 cm.
4. Rana Musholini (kodok batu/raksasa). Hanya terdapat di Sumatera, terutama Sumatera Barat. mencapai berat 1.5 kg. Dan panjang mencapai 22 cm.
Manfaat
Daging kodok adalah sumber protein hewani yang tinggi kandungan gizinya. Limbah kodok yang tidak dipakai sebagai bahan makanan manusia dapat dipakai untuk ransum binatang ternak, seperti itik dan ayam. Kulit kodok yang telah terlepas dari badannya bisa diproses menjadi kerupuk kulit kodok. Kepala kodok yang sudah terpisah dapat diambil kelenjar hipofisanya dan dimanfaatkan untuk merangsang kodok dalam pembuahan buatan. Daging kodo Pembibitan
Untuk pembudidayaan kodok yang banyak dicari adalah dari jenis kodok banteng Amerika (Bull frog), diamping rasanya enak juga beratnya bisa sampai 1,5 kg. Bisa juga jenis kodok batu dari Sumatera Barat yang sampai saat ini belum dibudidayakan secara optimal, karena masyarakat masih mengambilnya
dari alam. Adapun syarat ternak yang baik adalah bibit dipilih yang sehat dan matang kelamin. Sehat, tidak cacat, kaki tidak bengkok dan normal kedudukannya, serta gaya berenang seimbang. Pastikan kaki kodok tidak mengidap penyakit kaki merah ( red legs ).
Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Pilihlah kodok yang sehat dan berukuran besar. Disamping itu perhatikan juga tanda-tanda kelamin sekundernya. Pisahkan induk berdasarkan jenis
kelaminnya. Pemisahan dilakukan sekitar 1–2 hari dimaksudkan untuk lebih merangsang nafsu diantara mereka apabila saatnya mereka dipertemukan. Untuk induk-induk yang hendak dikawinkan sebaiknya diberikan makanan cincangan daging bekicot yang masih segar dan makanan buatan lainnya.
1. Perawatan Bibit dan Calon Induk
Induk jantan dan betina berumur 4 bulan disuntik perangsang pertumbuhan Gonadotropin intramuskular dengan dosis 200-250 IU/ekor/bulan.
2. Sistem Pemijahan
a. Secara Alami
Induk jantan dan betina yang telah dipisah selama 1-2 hari disatukan di kolam pemijahan. Ikan liar dapat mengganggu hasil pemijahan. Perhatikan agar telur kodok tidak ikut terbuang air pembuangan. Di sore atau pagi hari pada saat suhu mulai menurun, barulah kita perlu membantu kelancaran proses pemijahan, yaitu dengan membuat hujan buatan.
b. Sistem Hipofisasi
Cara mutakhir untuk memijahkan kodok adalah dengan cara sistem kawin suntik menggunakan ekstrak kelenjar hipofisa untuk merangsang kodok agar kawin sesuai waktu yang kita inginkan. Dengan sistem ini kita bisa mengintensifkan pembenihan, mengurangi kematian, merawat telur-telur kodok yang telah dibuahi dalam tempat tersendiri, memberi jaminan bahwa telur-telur akan terbuahi oleh sperma seluruhnya dan tidak
memerlukan hujan buatan. Penyuntikan pada tubuh betina lazimnya pada punggung, rongga perut dan bagian kepala. cara penyuntikan pada rongga perut banyak dipilih.
Reproduksi dan Perkawinan
Kodok yang hendak disuntik ditampung pada akuarium yang diberi sedikit air dan ditutup dengan kawat kasa untuk memudahkan penangkapan. kodok-kodok tersebut telah cukup umur dan dalam keadaan matang telur. Saat penyuntikan kodok dibalut dengan kain hapa agar tidak meronta.
Kodok yang telah disuntik kemudian dilepas dalam akuarium lain dan dipantau setiap jam. Setelah 12 jam, kodok tadi disuntik kembali agar mereka mampu bertelur seluruhnya. Setelah yang betina 2 kali disuntik dan menunjukkan akan bertelur, maka kita mempersiapkan testis dari induk jantan. Sperma dikeluarkan dari testis dengan cara memotongnya dengan jarum kecil yang tajam dan dimasukkan ke cawan petri yang sudah diisi dengan air kolam yang bersih. Setelah air dalam cawan menjadi keruh dan testis sudah kosong, maka cairan testis dibiarkan selama 10 menit dalam suhu ruangan. Jika sperma aktif (dapat kita lihat dibawah mikroskop), maka kodok betina bertelur diurut perutnya agar telurnya keluar. Telur diusahakan jatuh di atas cairan sperma, lalu digoyang-goyangkan dan biarkan selama beberapa menit. Telur yang mengalami pembuahan akan mengalami rotasi.
Telur kemudian ditetaskan dan airnya diganti setiap hari dengan menjaga suhu pada kisaran 24-27 derajat C dan pH air juga diamati. Pada sistem secara alamiah, digunakan hujan buatan untuk merangsang proses perkawinan kodok, sebagaimana dijelaskan diatas.
Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan pada setiap tahap pertumbuhan kodok, Pertumbuhan dan kesehatan kodok terrgantung pada makanan dan kecocokan tempat tinggalnya. Kodok diberi makan 1 kali sehari, air di kolam diganti dan dibersihkan seminggu sekali.
2. Sanitasi dan Tindakan Preventif
Telur yang sudah dibuahi, dipindahkan pada kolam penetasan. Kolam dibersihkan dari hama dan kotoran sebelum digunakan. Telur harus dipisahkan dari induknya sehingga telur tidak terganggu proses penetasannya dan tidak dimakan oleh induknya. Memindahkan telur jangan sampai pecah sarangnya atau lendirnya. Telur-telur akan menetas setelah 48–72 jam pada suhu air 24–27 derajat C. Bila sudah menetas dipelihara pada kolam yang sama selama 10 hari.
1. Perawatan Ternak
Kodok muda yang telah mengalami metamorphose ditempatkan pada kolam permanen. Pemasukan dan pengeluaran air harus diberi penyaring untuk menghindari hama dan mencegah kodok lepas ke peraiaran umum. Padat penebaran 50-100 ekor/m² . Bila kita memelihara jenis kodok banteng yang tidak suka makanan yang tidak bergerak, makanan harus diletakkan dibawah aliran air/pancuran. Setelah berumur 3 bulan, kodok diseleksi berdasarkan kaki belakang, kulit dan ukuran badannya. Jumlah yang di seleksi 20% dari total dan dipindahkan ke kolam calon induk, sedangkan sisanya tetap dipelihara sampai masa panen pada umur 4-5 bulan. Kodok dewasa (matang gonada) untuk bibit unggul, baik jantan maupun betina di suntik dengan kelenjar hiphopisa kodok sebanyak 1 dosis. Penyuntikan dilakukan 1 bulan sekali (bila memakai sistem hiphopisa) dan padat tanam sebanyak 20-25 ekor/m² .
2. Pemberian Pakan
Terdapat berbagai macam makanan yang dapat diberikan untuk kodok di kolam pembesaran persil maupun di kolam pembesaran kodok remaja. Makanan percil sampai kodok dewasa berupa cincangan daging bekicot, cincangan daging ikan, ulat, belatung, serangga, mie, bakso dan berbagai benih ikan serta ketam-ketaman kecil dan lainnya. Dapat juga diberikan makanan buatan, dengan meramu makanan buatan kita bisa menyusun sesuai dengan tingkat umur kodok, yang terkadang sulit dilakukan apabila kita memberinya makanan yang langsung didapat dari alam. Dengan demikian maka problem yang sering dialami seperti ukuran makanan lebih besar dari lebar bukaan mulut kodok tidak perlu terjadi lagi.
5. Pemijahan Lele Dumbo Secara Alami
Kebutuhan masyarakat akan protein hewani semakin meningkat, hal ini sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Karena ikan ini sangat mudah dibudidayakan dan dapat hidup dan berkembang pada perairan yang buruk. Semakin berkembangya usaha budidaya lele, kebutuhan benih dirasa masih kurang.
Berikut diuraikan secara singkat teknik pemijahan lele dumbo, yang dapat dilakukan pada lahan yang sempit dan menggunakan sarana prasarana yang sederhana.
TEKNIK PEMIJAHAN
1. Menyiapkan Media Pemijahan
a. Menyiapkan bak pemijahan, Bak yang dipergunakan cukup dengan ukuran 2 x 3 m dengan dalam bak 1 m. Bak dicuci dengan larutan permangkanat dosis 1 sendok teh dicampur dengan 3 liter air atau 5 gr / m3 air.
b. Menyiapkan Kakaban, terbuat dari ijuk yang dibingkai dengan bambu.
c. Menyiapkan Air Pemijahan, bak pemijahan diisi dengan air setinggi 40 cm. Air yang digunakan adalah air dari PDAM.
2. Menyiapkan Induk Lele
a. Merawat Induk Lele, Induk lele yang akan dipijahkan harus diberikan pakan yang baik agar dapat menghasitkan benih yang baik. Induk lele setiap hari diberikan pakan daging bekicot atau ikan rucah. Pemberian pakan dilakukan pagi dan sore dengan dosis 10% dari berat badan. Bak penampungan induk dekat dengan bak pemijahan agar menangkapnya mudah. Sebaiknya induk jantan dan betina ditempatkan secara terpisah. Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, perawatan induk-induk dilakukan secara terpisah.
b. Memilih induk lele siap pijah, Ciri-ciri induk betina siap pijah adalah :
 Bagian perut membesar dan lunak kalau diraba,
 Dubur terlihat merah dan lubang pengeluaran telur lunak melebar,
 Membuat gerakan mondar-mandir,
 Bagian dubur merah dan lunak dan kalau diurut dari arah perut akan keluar cairan putih atau sperma.
c. Memijahkan Lele Dumbo
 Isi bak pemijahan dengan air setinggi 40 cm.
 Pasang kakaban hingga menutupi 80% permukaan air. Lepaskan induk-induk lele yang sudah dipilih dengan perbandingan 1 betina dan 2 jantan.
 Proses pemijahan akan terjadi pada malam hari yang ditandai terlebih dahulu adanya kejar-kejaran antara induk betina dan jantan mengitari kakaban.
 Amati pada pagi hari, telur-telur sudah dilepas dan menempel pada seluruh permukaan kakaban.
d. Menetaskan Telur
 Menyiapkan bak penetasan telur, bersihkan terlebih dahulu bak-bak dengan permangkanat.
 Isi air penetasan setinggi 40 cm, pindahkan / angkat kakaban masukan kedalam bak yang sudah disiapkan.
 Amati telur-telur tersebut setelah 24 jam dan telur-telur tersebut mulai menetas. Telur yang baik akan menetas sampai 35 jam. Anak ikan yang keluar dari telur masih sangat kecil dan lemah. Badan transparan dan kalau dilihat dengan microskop akan terlihat masih mengandung kuning telur. Telur-telur yang tidak terbuahi berwarna kuning susu dan tidak akan menetas serta akan membusuk. Telur-telur yang terbuahi terlihat kuning transparan dan akan menetas setelah 34 jam sampai dengan 48 jam dikeluarkan oleh induk.
e. Pemeliharaan Larva
 Menyiapkan bak untuk budidaya pakan alami berupa dapnia atau cacing rambut. Cacing rambut banyak dijual di kios-kios pedagang ikan hias.
 Setelah telur lebih dari 48 jam dan sudah terlihat banyak yang menetas maka kakaban diangkat secara hati- hati.
 Merawat larva, larva yang baru beberapa hari menetas kondisinya masih sangat lemah. Larva in tidak memerlukan pakan tambahan sampai menunggu kandungan kuning telurnya habis. Kandungan kuning telur akan habis setelah menetas 7 hari. Untuk menjaga mortalitas yang tinggi pertu dipasang aerasi.
 Memberi pakan larva. Setetah kandungan 7 hari, kandungan kuning telur yang asd sudah habis dan harus segera diberi pakan tambahan dari luar. Pakan pertama dapat diberikan kuning telur yang diblender setiap pagi dan sore sebanyak satu butir per 5000 ekor. Pemberian pakan cacing rambut dapat diberikan setelah 11 hari dan juga dapnia.
MEMANEN BENIH LELE
Panen benih lele bukan merupakan kegiatan akhir dari kegiatan budidaya. Pemungutan hasil pertama dilakukan setelah benih berumur 17 sampai 21 hari (panjang t 2,5 cm). Pada ukuran tersebut benih lele sudah bisa ditebar pada petak pembesaran secara langsung atau ditebar pada tempat penampungan sambil menunggu pembeli.
ALAT BAHAN PEMANEN
Alat berupa seser, ember, waring, kantong plastik, tali karet, tabung udara, mangkok kecil. Perhitungan hasil biasanya dilakukan secara manual. Untuk memperoleh benih yang seragam digunakan ember plastik yang berlubang-lubang.
6. Budidaya Lobster
a. HABITAT DAN PENYEBARANNYA.
Lobster air tawar sadalah ssalah satui genus yang termasuk dalam kelompok udang (Crustacea) air tawar yang secara alami memiliki ukuran tubuh relative besar dan memiliki siklus hidup yang hanya di lingkukngan air tawar. Beberapa nama Internasional Lobster air tawar adalah Crayfish, Craw fish, dan Craw dad. Berdasarkan penyebarannya di dunia ada 3 famili lobster air tawar yakni famili Astacidae, Cambaridae Prastacidae.Lobster air tawar Astacidae dan Cambaridae tersebar di belahan bumi utara. Sedangkan Prastacidae menyebar di belahan bubmi selatan sseperti Austraklia, Indonesia, Selandia baru dan Papua Nugini.

b. ANATOMI DAN BIOLOGI
Secara morfologi spesies-spesies lobster air tawar termasuk dalam genus Cherrax, famili Parastacidae, Ordo Decapoda,kelas Malostrca, sub filum Crusteacea dan filum Arthopoda. Umumnya lobster air tawar memiliki ciri-ciri morfologi tubuh terbagi menjadi 2 bagian yakni kepala (Chephalothorax) dan badan (Abdomen). Antara kepala bagian depan dan bagian belakang di kenal dengan nama sub- Chephalothorax. Cangkang yang menutupi kepala di sebut Karapak (Carapace) yang berperan dalam melindungi organ tubuh seperti otak, insang, hati dan lambung. Karapak berbahan zat tanduk atau Kitin yang tebal yang merupakan nitrogen Polisakarida (C6 H13 O5 N) x yang di sekresikan oleh kulit epidermis dan dapat mengupas saat terjadi pergantian cangkang tubuh (Moulting). Di lihat dari organ tubuh luar lobster air tawar memiliki beberapa alat pelengkap sebagai berikut:
a. Sepasang antena yang berperan sebagai perasa dan peraba terhadap pakan dan kondisi lingkungan
b. Sepasang antena untuk mencium pakan dan satu mulut dan sepasang capit (Celifed) yang lebar dengan bentuk ukuran lebih panjang di bandingkan dengan luas dasar capitnya.
c. Enam Ruas badan (Abdoman) agak memipih dengan lebar badan rata-rata hampir sama dengan lebar kepala
d. Satu ekor tengah dengan Telson memipih sedikit lebar, dan di lengkapi duri-duri halus dan terletak di semua bagian tepih ekor samping ( Uroppod) yang memipih.
e. Enam Kaki renang (Pleopod) yang berperan dalam melakukan gerakkan renang. Di samping sebagai alat untuk bernang, kaki renang pada induk betina yang sedang bertelur memiliki karakteristik memberikan gerakkan renang dengan tujuan meningkatkan kandungan oksigen terlarut dan larva dapat terpenuhi. Kaki renang juga di gunakkan untuk membersihkan telur atau larva dari tumpukan kotoran yang vterendam.
f. Empat pasang kaki untuk berjalan

c. KARAKTERISTIK UMUM
Di bandingkan dengan morfologi tubuh udang Galah air tawar (Macrobachum resenbergii), cir-ciri khusus yang di miliki lobster air tawar adalah sebagai berikut:
1. Seluruh proses siklus hidup lobster air tawar di laksanakan di air tawar
2. Memiliki sistem pengreeman telur dari pengembangan hingga telur menetas.
3. Pengasuhan benih di lakukan sejak benih memiliki kuning telur hingga berbentuk juvenil dengan ukuran umur tertentu.
Karateristik lainya adalah meningkatnya aktivitas kaki renang terutama saat mengerami telur atau mengasuh benih.tingginya aktivitas pergerakan kaki renang untuk meningkatkan kandungan oksigen terlarut karena, baik pada saat terjadinya pembelahan inti sel (mitosis) hingga terbentuknya zigot dalam telur maupun dalam penetasan telur hinnga di lakukan pengasuhan benih, kebutuhan terhadap oksigen hanya berasal dari oksigen terlarut di dalam air sekitarnya.

d. TINGKAH LAKU LOBSTER AIR TAWAR
1. Mengkonsumsi Pakan
Di habitat aslinya,lobster air tawar aktif mencari pakan pada malam hari (nocturnal). Pakan lobster air tawar biasanya berupa biji-bijian dan bangkai hewan. Cara memakan pakan menggunakan tahapan kerja antena panjang mendeteksi bahan pakan terlebih dahulu. Jika bahan opakan tersebut sesuai dengan keinginannya, lobster akan menangkapnya menggunakan capit, selanjutnya menyerahkannya kepada kaki jalan pertama sebagai tangan pemengang pakan yang akan dikomsumsi.
Perilaku lobster air tawar yang cukup menarik untuk di amati adalah aktivitasnya saat perkawinan hingga muncul juvenil. Tahap awal yang dilaksanakan oleh setiap induk sebagai berikut :
1. Mencari pasangan.
2. Melakukan percumbuan antar pasangan.
3. Melakukan perkawinan
4. Induk betina mengerami telur
5. Induk betina mengasuh benih hinnga waktu tertentu.

e. HABITAT ALAMI.
Secara umum,habitat asli lobster air tawar adalah danau, rawa, atau sungai air tawar yang hanya terletak di kawasan perairan papua, papua neugini dan Negara-negara bagian Australia. Habitat berupa danau, rawa atau sungai yang biasa di tempati dalam melaksanakan siklus hidup lobster air tawar adalah habitat yang memiliki ciri-ciri khusus, seperti tepi relative dangkal di lengkapi dasar yang terdiri dari campuran Lumpur, pasir dan batuan. Disamping itu habitat alam tumbuhan air atau tumbuhan darat yang memiliki akar atau batang terendam air dan daunnya berada di atas permukaan air.
Berkaitan dengan kondisi lingkungan habitat alami beberapa species lobster air tawar hidup dengan suhu air 26-300C, seperti habitat yang terletak di daerah dataran rendah.

f. SPESIFIKASI LOBSTER AIR TAWAR CAPIT MERAH. (RED CLAW)
Lobster air tawar capit merah (red claw), merupak salah satu species endemic dari kelompok udang yang pada awalnya hidup di habitat alam seperti sungai, rawa, yang ada dikawasan quensland, Australia secara khusus, ciri-ciri morfologi lobster air tawar capit merah adalah warna tubuihnya hijau kemerah-merahan, dengan warna dasar begian atas capit berupa garis merah tajam, terutama induk jantan yang telah berumur lebih dari 7 bulan.
Selain itu, memiliki duri-duri kecil yang terletak di atas seluruh permukaan capit yang dilengkapi duri berwarna putih di atas permukaan setiap segment capit, telur berwarna kuning kemerahan yang memiliki masa pengeraman telur 32-35 hari dengan suhu air 20-220C. lobster air tawar capit merah dapat hidup dan tumbuh pada suhu 20-370C. meskipun demikian suhu air optimum yang paling tepat kurang lebih untuk hidup dan tumbuh adalah 23-310C. sementara itu toleransi terhadap kandungan oksigen didalam air adalah 1 ppm, keasaman 6-9,5 dan amoniak 1 ppm.

g. MEMPEROLEH CALON INDUK
Secara umum tujaun memperoleh calon induk adalah untuk mendapatkan bahan yang dapat dijadikan sebagai induk baik jantan maupun betina yang akan digunakan dalam memproduksi benih. Karena itu teknik yang paling tepat untuk digunakan adalah pengambilan calon induk hasil penangkapan dari habitat alam atau seleksi hasil budidaya. Pelaksaannya meliputi seleksi jenis kelamin yang disesuaikan dengan umur, ukuran panjang, total tinggi dan tingkat kondisi gonat. Disamping itu beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah jenis wadah dan ukurannya, tingkat kepadatan tebar, jenis dan kandungan protein dalam pakan secara system pengolahan dan pemeliharaannya.

h. SELEKSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN
Lobster air tawar merupak species dimopys yakni terdiri dari Janis kelamin jantan dan betina. Jenis kelamin jantan lobster air tawar dapat dibedakan secara pasti jika usianya telah mencapai 2-3 bulan dengan panjang total rata-rata 4-6 cm. ciri-ciri primer pembeda Janis kelamin calon induk lobster air tawar adalah bentuk yang terletak di tangkai jalan dan ukuran capit. Sementara itu ciri-ciri sekunder yang dapat dilihat secara visual adalah kecerahan warna tubuhnya calon induk jantan memilki tonjolan didasar tangkai kaki jalan kelima jika penghitungan dimulai dari kaki jalan dibawah mulut ciri lobster air tawar betina adalah adanya lubang bulat yang terletak didasar kaki ketiga. Berdasarkan capitnya, calon induk jantan memiliki ukuran capit 2-3 kali lebar buku pertama (tangkai capit) dan calon induk betina memilki ukuran capit yang sama atau 1,5 kali buku pertama.
i. Pembenihan Lobster Air Tawar Capit Merah (Cherax Quadricaritus)
1. Persiapan wadah dan media pembenihan lobster air tawar (bak pemijahan dan aquarium penetasan)
Sebelum melakukan pembenihan lobster air tawar, sebaik nya dilakukan pengecekan kualitas air. Jika kualitas air di lokasi tersebut sesuai dengan kebutuhan lobster air tawar maka bisa di lakukan kegiatan selanjutnya. Kemudia kita harus mengetahui apakahn kualitas airdidaerah tersebut mampu untuk mencukupi kebutuhan bak pemijahan dan penetasan telur.
Pesiapan bak pemijahan dilakukan sebelum penebaran induk lobster. Persiapan bak pemijahan dilakukan dengan membersihkan bak dan aquarium dari kotoran – kotoran atau lumut, begitu pula dengan aquarium penetasan yang persiapannya dilakukan denganmembersihkan aquarium dari kotoran – kotoran atau lumut sehingga mudah terjankit penyakit yang dapat menyebabkan lobster secara masal
Pembersihan bak pemijahan dan aquarium penetasan di lakukan dangan menggosok dingdin bak / aquarium dengan menggunakan kain/sikat kemudian bak dan aquarium tersebut dilas dengan menggunakan air bersih sersih induk-induk yang ada akan siap di pijahkan dan setelah induk lobster telah matang gonad maka sebaiknya induk tersebur di pindahkan ke aquarium penetasan.
Persiapan bak pemijahan dan aquarium penetasan juga meliputi sanitasi peralatan (substrak) yang di gunakan. Selama melaksanakan praktek substrak yang di gunakn adalah adalah pipa PVC, yang ukurannya di sesuaikan oleh ukuran lobster yang akan di pijahkan (2,6, dan 9 inci ) pipa PVC ini yang di gunakan sebagai tempat berlindung karena pada saat molting kondisi lobster sangat lemah dan sangat rentan untuk di makan oleh lopster.
2. Pemilihan induk capik merah (Cherax quadrucarinatus)
Setelah melakukan penyiapan wadah dan media budidaya lobster air tawar, langkah selanjutnya adalah melakukan pemilihan induk atau seleksi induk lobster air tawar yang akan di budidayakan. Persiapan dan seleksi tahap induk yang akan di pijahkan penting dan mutlak di lakukan sehingga dapat menhasilkan benih yang berkualitas (patasik 2004) sebelum melakukan pemilihan induk terlebih dahulu di ketahui cirri-ciri induk lobster air tawar yang baik dan mampu menhasilkan telur yang dalam jumlah yang cukup banyak.
Pemilihan lobster air tawar dapat di lakukan dengan mengidentifikasi ciri-ciri lobster air tawar yang dapat di pijahkan. Hal ini dapat di lakukan dengan melihat persyaratan fisik dan biologis induk tersebut secara fisik induk lobster air tawar dapat di identifikasih dengan melihat perlenkapan bagaian tubuh. Bentuk tubuh yang sempurnah tidak ada yang cacat dan memar sedangkan secara biologisnya, induk lobster air tawar khususnya capit merah (red clow) sangat mudah untuk di bedahkan antara induk jantan dan betina, pada lobster yang berkelamin jantang terdapat pada capit merah yang terletak pada capik pertama bagian luarnya, sedankan pada induk betina tidak terdapat tanda tersebut.warna merah tersebut biasanya sudah biasah di identifikasih setelah umur 4 bulan.
Selain itu, induk jantang dan betina dapat dibedakan dengan membalikkan tubuh lobster pada induk jantang terdapat 2 tonjolan pada pangkal kaki jalang paling belakang, sedangkan induk lobster betina terdapat 2 bulatang pada pangkal kaki jalan ke 3 dari belakang.
Berikut ini adalah cara memilih induk yang akan di pijahkan, diantaranya sebagai berikut :
a). Jenis kelamin jatan dan betina
Dalam memilih lobster jangtan dan betina untuk di jadikan indukan sebenarnya tidak jadi masalah. Namun, perlu di lihat dari ukuran tubuhnya. Lobster jangtang umumnya lebih besar dari pada tubuh lobster betina pada umur yang sama. Untuk membedahkan jantang dan betina (alat kelamin). Alat kelamin pada jantang (petasma) terdapat pada pangkal kaki yang ke 5, bentuk alat kelaminnya berupa benjolang.sementara alat kelamin pada lobster betina (thelchum) terdapat pada kedua pangkal kaki jalan yang ketiga, bentuknya juga menyerupai benholan, tapi lebih pendek bila di bandingkan dangan alat kelaming jantan.
b). sehat dan pertumbuhannya normal
lobster yang akan di pelihara harus dalam keadaan sehat.lobster yang sehat di tandai dengan pergerakannya yang aktif atau tidak berdiam diri. Selaain itu, kondisi lobster yang sehat juga dapat di lihat dari tingkat pertumbuhannya yang normal. Lobster yang berumur 2-3 bulan dari jenis Cherex quarricarinatus misalnya, pangjan tubuhnya 5-7 cm
Lobster yang akan di pilih sebaiknya memiliki tubuh yang sama dan seimban. Misalnya, ukuran kedua capik sama besar. Jika tidak sama besar. Hal itu menandakan salah satu capit besar lobster pernah patah, capik besar yang pernah patah tumbh lebih kecil di bandinkan dengan capik sebelumnya.
c). Nafsu makan tinggi
Nafsu makan lobster yang akan di pilih sebaiknya harus tinggi. Hal ini di masudkan agar kondisi fisiknya kuat dan pertumbuhannya cepat, karena lobster yang kuat tidak mudah sakit dan atres. Untuk mengetahui nafsu makan lobster, sebaiknya di beri satu ekor cacing merahm, jika makanan tersebut langsun di terkan, dapat di pastikan lobster tersebut bernafsu makan tinggi. Dapat pulah di lihat dari kondisi tubuhnya yang kuat dan padat.
d). Tidak cacat
Meskipun cacat fisik pada lobsrwe tidak bersifat permanen, tetapi lobster yang cacat tidak di pilih

j. Pemijahan Lobster Capit Merah (Cherex Quarricarinatus)
` Setelah di lakukan pemilihan induk, langkah selanjutnya adalah melakukan pemijahan. Pemijahan lobster pada saat ini baru di lakukan secara alami. Induk lobster yang di pilih di masukan ke dalam bak pemijahan. Bak pemijahn yang di gunakan berbentuk persegi panjang.dengan panjang2 meter, lebar 1 meter, serta dengan ketinggian air 19-25 cm perbandingan induk jantan dan betina adalah 1:2 (perpaket). Dlam satu bak pemijahan biasanya diisi satu paket induk lobster siap pijah, namun biasa juga diisi 2 paket lobser.
Proses pemijahan akan berlangsung cukup lama dari selang waktu pemasukan induk kedalam wadah pemijahan. Induk-induk tersebut akan beradaptasi terlebih dahulu dengan lingkungannya.
Induk lobster yang telah terangsang akan melakukan fore play dangan cara induk betina akan mengejar induk jantan. Setelah proses kejar-kejaran berlangsung,selanjutnya induk jantan akan membalikan dengan posisi teletang dan melakukan kopulasi dengan bentuk Y bersama induk betina. Proses ini berlangsung 0,5-1 jam. Dalam proses tersebut induk jantan akan melanjutkan sperma dan diletakan pada alat kelamin betina, selanjutnya induk betina akan mengeluarkan sperma dan diletakan pada alat kelamin betina, selanjutnya induk betina akan mengeluarkan telur. Telur yang dikeluarkan oleh induk tersebut akan dibuahi oleh sperma.
Telur yang telah dibuahi tersebut akan disimpan oleh induk betina didalam tubuh. Telur yang disimpan oleh induk betina akan turun ke bawah sampai dibagian kaki renangnya. Sedangkan waktu yang dibutuhkan induk betina untuk megerami telurnya sekitar 5-6 minggu

k. pemindahan induk matang telur ke aquarium penetasa
Setelah 2-3 minggu, telur yang telah dibuahi tersebut akan berwarna kuning matang, setelah warna telur berubah kuning tua, maka induk tersebut dipindahkan ke aquarium penetasan. Satu aquarium hanyar dimasukkan 1 induk yang telah matang telur. Setelah 1-2 minggu di aquarium penetasan, akan menetas menjadi larpa, namun proses penetasan berlangsung secara bertahap dan memerlukan waktu yang cukup lama, yaitu sekitar 12-24 jam itupun tergantung dari banyak teluryang dihasilkan.


























BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Balai Besar Air Tawar yang terletak di kota Sukabumi, Jawa barat, tepatnya pada KM 3 arah ke objek wisata Selabintana merupakan unit pelaksana teknis dibidang bimbingan produksi dan sumber hayati perikanan, dalam lingkungan departemen perikanan pertanian yang berada dibawah dan bertanggjung jawab kepada direktur jenderal perikanan. Dalam melaksankan fungsinya ini BBAT dengan luas areal 26 Ha ini mengembangkan beberapa komoditas perikanan air tawar diantaranya ikan gurami, nila, lele,patin,udang, mola, kodok lembu,serta ikan hias air tawar.
Selain melakukan pembudidayaan ikan air tawar, BBAT yang telah berdiri sejak tahun 1920 ini juga dijadikan sebagai labolatorium perikanan yang meliputi uji hama dan penyakit serta uji kualitas air. Oleh karena itu BBAT Sukabumi ini dapat dikatakan sebagai rumah penelitian budidaya perikanan yang memperkaya ilmu hayati perikanan air tawar terbesar di Indonesia.
4.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan penulis diantaranya:
Untuk mengkaji ilmu perikanan secara praktisi lebih dalam lagi, sebaiknya kuliah lapangan ini dilaksanakan dalam waktu yang reatif yang cukup
Sebaiknya kuliah lapangan ini dilaksanakan pada cuaca yang mendukung
Selain mengenal komoditas-komoditas budidaya perikanan, sebaiknya mahasiwa/i diperkenankan untuk mengenal labolatorium serta pengenalan alat-alatnya.











DAFTAR PUSTAKA

Santoso, Budi. 1993. Ikan mas. Yogyakarta: Kanisius.
Soeseno, Slamet. 1983. Budidaya Ikan dan Udang dalam Tambak. Jakarta:Gramedia.
Warta Jaladri No. 03/01/05. BPPP Tegal
Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara
WWW.O-FISH.COM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar