Rabu, 28 Juli 2010

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Udang windu (Penaeus monodon) merupakan salah satu komoditas ekspor yang bernilai cukup tinggi dalam sektor perikanan. Permintaan konsumen terhadap udang windu tidak pernah surut bahkan menunjukan peningkatan dari tahun ke tahun. Menurut Suyanto dan Takarina (2009), permintaan konsumen dunia terhadap udang rata-rata naik sekitar 11,5% pertahun. Sehingga peluang bisnis budidaya udang windu cukup menjanjikan baik dalam subsistem pembenihan, pendederan maupun pembesaran.
Mencapai ukuran konsumsi kegiatan pembesaran sangat penting dilakukan. Udang windu (Penaeus monodon) termasuk salah satu jenis hasil perikanan yang cukup penting dalam menujang penerimaan devisa Negara melalui komoditi non migas. Karena harga udang windu mahal dan pemasaranya cukup terbuka luas dipasaran internasional. Sehingga banyak orang yang melakukan pembesaran udang windu.
Berdasarkan kenyataan dilapangan teknis budidaya udang windu tidak semudah yang dibayangkan. Banyak kendala-kendala yang sering dihadapi para pembudidaya udang windu, misalnya dalam kegiatan pembesaran. Rendahnya benih yang sehat menjadi salah satu kendala dalam menghasilkan udang ukuran konsumsi. Hal ini disebabkan karena kurangnya ilmu pengetahuan para petambak udang windu dalam memilih benih yang sehat. Ini terjadi pada saat benih udang windu belum ditebar ke tambak.
Pemilihan benih udang windu yang sehat merupakan salah satu penentu keberhasilan pada kegiatan pembesaran. Berdasarkan kenyataan dilapangan apabila benih yang ditebar ke dalam tambak terserang penyakit maka menyebabkan penularan ke benih lain sehingga menyebabkan kematian secara perlahan maupun massal.
Upaya mengatasi hal tersebut telah banyak dilakukan oleh para petambak udang windu. Salah satu cara pemilihan benih yang sehat yaitu melakukan perendaman dengan formalin. Namun selama ini para petambak udang windu hanya sekedar melakukan perendaman tanpa memperhatikan dosis yang sesuai. Oleh karena itu penulis mencoba melakukan sebuah penelitian untuk mengetahui dosis formalin yang optimal.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah perendaman benih dengan formalin mempunyai potensi untuk menonaktifkan bakteri dan hama penyakit?
2. Apakah perbedaan perendaman dosis formalin akan mempengaruhi tingkat kehidupan udang windu?
3. Berapakah dosis formalin yang optimal untuk mendapatkan benih yang sehat?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui potensi perendaman benih dengan formalin sebagai bahan yang dapat menonaktifkan bakteri dan hama penyakit.
2. Untuk mengetahui pengaruh perendaman dengan dosis formalin yang berbeda terhadap tingkat kehidupan udang windu.
3. Untuk mengetahui perendaman dengan dosis formalin yang optimal untuk mendapatkan benih yang sehat.

1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai informasi bagi para petambak udang windu untuk mendapatkan benih yang sehat.
2. Sebagai sumbangan pemikiran untuk kebutuhan dan kepentingan referensi Politeknik Negeri Jember.
PENGUJIAN CEMARAN BAKTERI DAN CEMARAN KAPANG/KHAMIR
PADA PRODUK JAMU GENDONG DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

IDENTIFICATION FOR BACTERIAL AND MOLDS/YEAST
CONTAMINATION OF JAMU GENDONG IN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Sylvia Tunjung Pratiwi
Laboratorium Mikrobiologi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada


ABSTRAK

Pengujian kualitas mikroba pada sediaan jamu gendong di DIY telah dilakukan berdasarkan standar batas kontaminasi mikroba yang masih dianggap aman untuk dikonsumsi pada obat tradisional sesuai yang disyaratkan oleh Departemen Kesehatan RI. Jamu gendong merupakan salah satu jamu dalam bentuk cairan minum yang sangat digemari masyarakat. Jamu gendong dijual dalam botol dan diletakkan dalam keranjang yang digendong di punggung belakang menggunakan kain. Jamu ini dijajakan dari rumah ke rumah. Sampel jamu gendong diambil dari 20 pembuat jamu gendong dari 3 kabupaten dan 1 kotamadya di DIY. Sampel jamu gendong selanjutnya diuji angka lempeng total dan angka kapang/khamir total untuk mengetahui kontaminasi bakteri dan kapang/khamir. Dari hasil uji didapatkan bahwa hampir seluruh sampel jamu gendong terkontaminasi oleh bakteri dan kapang melebihi ambang batas konsumsi yang dipersyaratkan oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 1992. Kontaminasi bakteri pada sampel jamu gendong sejumlah 2,34 x 103 CFU/ml hingga tak terhitung, dan kontaminasi kapang/khamir sejumlah 1,21 x 103 CFU/ml hingga tak terhitung.

Kata kunci: jamu, angka kapang/khamir total, angka lempeng total.

ABSTRACT

The reseach was conduced to identify microbiological quality of jamu gendong in DIY according to the requirements of microbial contamination in traditional medicine, issued by the Department of Health of Indonesia. Jamu gendong is sold by women in a bottled form inside the basket and traditionally they carry the jamu basket on their back with the help of a cloth sling. Jamu gendong sold daily by door to door vendors. Samples of jamu gendong were taken from producers in four districts of DIY. The samples were subjected to the following examinations: total plate count (TPC) and the enumeration of molds and yeast. The result of this investigation showed that most of the jamu gendong samples were heavily contaminated with bacteria, yeast and molds. For bacteria, taken from the TPC results, their numbers were ranging from 2.34 x 103 microorganisms/ml to too many to count. For yeast and molds the numbers showed variations from 1.21 microorganisms/ml to too many to count. The results also show that it is possible to have jamu gendong which fulfill the government’s requirements.

Key words: jamu, total enumeration of molds and yeast, total plate count.



PENDAHULUAN
Indonesia terkenal akan keanekaraga¬man jenis floranya. Para ahli memperkirakan bahwa jenis flora Indonesia tidak kurang dari 40.000 jenis yang tersebar di seluruh pelosok tanah air dan baru kurang lebih 3000 jenis tumbuhan yang dapat diketahui potensinya dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber karbohi¬drat, protein, lemak, vitamin maupun tumbuhan obat. Tumbuhan obat merupakan sumber daya alam hayati yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan digunakan secara luas oleh masyarakat khususnya kelompok masyarakat yang belum memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengobatan moderen (Anonim a, 2002).
Pemanfaatan obat tradisional pada umumnya lebih diutamakan sebagai preventif untuk menjaga kesehatan, meskipun ada pula upaya sebagai pengobatan suatu penyakit. Dengan semakin berkembangnya obat tradisio-nal, ditambah dengan imbauan di masyarakat untuk kembali ke alam (back to nature), telah meningkatkan popularitas obat tradisional (Santoso, 2000).
Salah satu kelompok obat tradisional adalah jamu. Jamu sudah dikenal di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa sebagai sarana perawatan kesehatan sehari-hari maupun seba-gai sarana pemulihan kesehatan bila telah sembuh dari sakit. Ramuan yang ada di dalam jamu terdiri dari berbagai bagian tumbuh-tumbuhan yang saling bekerja sama membantu perawatan dan untuk pencegahan penyakit. Dengan demikian penggunaan jamu sejak dahulu kala bermanfaat untuk preventif, pro-motif, kuratif dan rehabilitatif (Soedibyo, 2004).
Jamu gendong adalah jamu dalam bentuk cair yang dijual penjaja dalam botol yang diletakkan dalam keranjang yang digen¬dong di punggung belakang menggunakan kain. Jamu ini dijajakan dari rumah ke rumah (Anonima, 2002). Ada dua cara dalam pembuatan jamu gendong. Pertama dengan merebus semua bahan. Kedua dengan meme¬ras sari yang ada kemudian mencam¬purnya dengan air matang (Suharmiati dan Handayani, 1998).
Dalam proses pembuatan jamu gendong yang sederhana tersebut tidak menutup kemungkinan terjadinya pencemaran oleh mikroba, sehingga perlu dilakukan pengujian cemaran mikroba dalam jamu gendong di DIY. Pengambilan sampel jamu gendong dilakukan dengan mengambil sampel 20 produsen jamu gendong yang tersebar di 4 wilayah DIY. Uji cemaran mikroba, dalam hal ini bakteri dan kapang/khamir dilakukan dengan metode uji cemaran angka lempeng dan angka kapang/khamir total.
Setiap sediaan mensyaratkan batas angka bakteri dan kapang/khamir tertentu yang masih dianggap aman untuk dikonsumsi, yaitu < 104 koloni per ml untuk kapang/khamir dan < 106 koloni per ml untuk bakteri (Anonimb, 1992). Hasil penghitungan angka lempeng total dan angka kapang / khamir total dibandingkan dengan standar uji cemaran mikroba SNI 19-2897-1992.

METODE PENELITIAN
Bahan: sampel jamu gendong yang diambil dari 20 produsen jamu gendong yang berbeda di 4 wilayah DIY (5 produsen dari Kabupaten Sleman, 5 produsen dari Kabupaten Bantul, 5 produsen dari Kabupaten Kulon Progo, 5 produsen dari Kotamadya Yogyakarta), media Plate Count Agar (PCA), media Potato Dextrosa Agar (PDA), kloramfenikol, media ASA (Air Suling Agar 0,05%), dan larutan fisiologis steril.

Alat: piring petri, tabung reaksi, labu Erlen-meyer, gelas ukur, blue tip dan yellow tip, pipet mikro, autoklav, inkubator, spreader glass.

Jalan Penelitian
Pembuatan seri pengenceran sampel
Sebanyak 1 ml sampel yang akan diperiksa dilarutkan dalam 10 ml larutan pengen-cer yaitu berupa larutan fisiologis steril untuk uji ALT dan media ASA untuk uji AKT. Dibuat seri pengenceran hingga 10-6 untuk uji ALT (cemaran bakteri) dan 10-4 untuk uji AKT (cemaran kapang/khamir).

Pengujian cemaran bakteri
Pengujian cemaran bakteri dari sampel jamu gendong dengan metode uji angka lempeng total dilakukan sebanyak 3 kali pengam¬bilan sampel, masing-masing dilakukan replikasi duplo. Sebanyak 1 ml suspensi hasil pengenceran sampel dituang ke dalam piring petri. Ke dalam setiap piring petri tersebut dituangkan media PCA steril yang telah dicairkan dengan temperatur media berkisar pada 40ºC. Sebagai kontrol digunakan media PCA dan larutan pengencer (larutan fisiologis steril). Piring petri selanjutnya diinkubasi pada temperatur 35-37ºC selama 24-48 jam dalam posisi terbalik. Penghitungan jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada media dilakukan sesuai cara penghitungan yang ditetapkan dalam prosedur operasional baku pengujian mikrobiologi oleh Badan POM.

Pengujian cemaran kapang/khamir
Pengujian cemaran kapang/khamir dari sampel jamu gendong dengan metode uji angka kapang/khamir total dilakukan sebanyak 5 kali replikasi. Media PDA steril yang telah dicairkan dan didinginkan pada temperatur 40ºC ditambahkan kloramfenikol sebesar 1ml/L, dan dituang ke dalam piring petri hingga membeku. Sebanyak 1 ml suspensi hasil pengen¬ceran sampel dituang pada permukaan media PDA yang telah beku dalam piring petri, yang mengandung kloramfenikol, dan diratakan dengan bantuan spreader glass. Sebagai kontrol digunakan media dan larutan pengencer (ASA). Piring petri selanjutnya diinkubasi pada temperatur 20-25ºC selama 3-5 hari. Penghitu-ngan jumlah koloni kapang/khamir yang tumbuh pada media dilakukan sesuai cara penghitu¬ngan yang ditetapkan dalam prosedur operasio¬nal baku pengujian mikrobiologi oleh Badan POM.

Analisis hasil
Hasil penghitungan angka lempeng total dan angka kapang/khamir total dibandingkan dengan standar uji cemaran mikroba SNI 19-2897-1992.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Angka Lempeng Total (ALT)
Pada pengujian ini akan diketahui seberapa besar cemaran bakteri pada sediaan jamu gendong di DIY. Metode yang digunakan adalah metode uji angka lempeng total, dengan menghitung koloni bakteri pada serial pengenceran sampel jamu. Hasil pengujian ini akan dibandingkan dengan standar standar uji cemaran mikroba SNI 19-2897-1992.
Dari hasil perhitungan jumlah konta¬minasi bakteri melalui uji angka lempeng total dari sampel-sampel jamu gendong dari 5 produsen jamu gendong di Kabupaten Sleman DIY diketahui bahwa hanya sampel pertama dari produsen B dan sampel ke tiga dari produsen D yang menunjukkan jumlah angka kontaminasi bakteri melebihi standar batas kontaminasi bakteri yang masih dianggap aman untuk dikonsumsi pada obat tradisional sesuai yang disyaratkan oleh Departemen Kesehatan RI, yaitu sebesar < 106 CFU/ml. Pada sampel pertama produsen B diketahui bahwa jumlah kontaminasi bakteri adalah sebesar 1,5965 x 106 CFU/ml dan pada sampel ke tiga produsen D diketahui bahwa jumlah kontaminasi bakteri adalah sebesar 1,2805 x 106 CFU/ml.
Dari hasil perhitungan jumlah kontami¬nasi bakteri melalui uji angka lempeng total dari sampel-sampel jamu gendong dari 5 produsen jamu gendong di Kabupaten Bantul DIY diketahui bahwa pada hampir semua sampel dari produsen jamu menunjukkan jumlah angka kontaminasi bakteri melebihi standar batas kontaminasi bakteri yang masih dianggap aman untuk dikonsumsi pada obat tradisional sesuai yang disyaratkan oleh Departemen Kesehatan RI, yaitu sebesar < 106 CFU/ml.
Dari hasil perhitungan jumlah kontaminasi bakteri melalui uji angka lempeng total dari sampel-sampel jamu gendong dari 5 produsen jamu gendong di Kabupaten Kulon Progo DIY diketahui bahwa pada hampir semua sampel dari produsen jamu (produsen A, B, C dan E) menunjukkan jumlah angka kontaminasi bakteri melebihi standar batas kontaminasi bakteri yang masih dianggap aman untuk dikonsumsi pada obat tradisional sesuai yang disyaratkan oleh Departemen Kesehatan RI, yaitu sebesar < 106 CFU/ml.
Dari hasil perhitungan jumlah kontami¬nasi bakteri melalui uji angka lempeng total dari sampel-sampel jamu gendong dari 5 produsen jamu gendong di Kodya Yogyakarta DIY diketahui bahwa pada sebagian sampel dari produsen jamu (produsen A, B, dan C) menunjukkan jumlah angka kontaminasi bakteri melebihi standar batas kontaminasi bakteri yang masih dianggap aman untuk dikonsumsi pada obat tradisional sesuai yang disyaratkan oleh Departemen Kesehatan RI, yaitu sebesar < 106 CFU/ml.
Besarnya jumlah koloni bakteri pencemar dalam sediaan jamu tersebut dapat disebabkan selain akibat proses pembuatan jamu yang kurang memperhatikan unsur sanitasi dan higien, dapat pula diakibatkan oleh adanya kontaminasi mikroba udara pada saat pengemasan atau penjualan. Pengaruh faktor lokasi penjualan jamu gendong juga dimungkinkan. Beberapa penjual jamu gendong menjual jamu gendongnya di area yang tidak higienis seperti pada pasar tradisional yang memungkinkan banyak terjadinya kontaminasi jamu dari mikroba udara.

Uji Angka Kapang/Khamir Total
Pada pengujian ini akan diketahui sebe-rapa besar cemaran kapang/khamir pada sediaan jamu gendong di DIY. Metode yang digunakan adalah metode uji angka kapang/khamir total, dengan menghitung koloni kapang/khamir pada serial pengenceran sam¬pel jamu. Hasil pengujian ini akan dibandingkan dengan standar standar uji cemaran mikroba SNI 19-2897-1992.

Tabel 5–Perhitungan angka kapang/khamir total jamu gendong produsen di Kabupaten Sleman
Produsen Rerata Sampel (CFU) / ml
1 2 3
A 21.200 * 850.000* 118.000*
B 12.100* 8.400 54.000*
C 1.300 20.100* 1.560
D 94.000* 66.000* 2.380
E 91.000* 100.000* 76.000*
Keterangan * = melebihi ambang batas kontaminasi kapang/khamir standar SNI 19-2897-1992 sebesar < 104 CFU / ml

Dari hasil perhitungan jumlah kontami¬nasi kapang/khamir melalui uji angka kapang/khamir dari sampel-sampel jamu gen¬dong dari 5 produsen jamu gendong di kabupaten Sleman DIY diketahui bahwa pada hampir seluruh sampel dari produsen jamu (produsen A, B, C, D dan E) menunjukkan jumlah angka kontaminasi angka kapang/khamir melebihi standar batas kontami¬nasi bakteri yang masih dianggap aman untuk dikonsumsi pada obat tradisional sesuai yang disyaratkan oleh Departemen Kesehatan RI, yaitu sebesar < 104 CFU/ml.
Dari hasil perhitungan jumlah kontami¬nasi kapang/khamir melalui uji angka kapang/khamir dari sampel-sampel jamu gendong dari 5 produsen jamu gendong di Kabupaten Bantul DIY diketahui bahwa pada seluruh sampel dari produsen jamu A dan B menunjukkan jumlah angka kontaminasi angka kapang/khamir melebihi standar batas kontaminasi bakteri yang masih dianggap aman untuk dikonsumsi pada obat tradisional sesuai yang disyaratkan oleh Departemen Kesehatan RI, yaitu sebesar < 104 CFU/ml.
Dari hasil perhitungan jumlah kontaminasi kapang/khamir melalui uji angka kapang/khamir dari sampel-sampel jamu gendong dari 5 produsen jamu gendong di Kabupaten Kulon Progo DIY diketahui bahwa pada seluruh sampel dari produsen jamu gendong B dan E, serta sebagian sampel dari produsen jamu gendong A, C dan D menunjukkan jumlah angka kontaminasi angka kapang/khamir melebihi standar batas kontaminasi bakteri yang masih dianggap aman untuk dikonsumsi pada obat tradisional sesuai yang disyaratkan oleh Departemen Kesehatan RI, yaitu sebesar < 104 CFU/ml.
Dari hasil perhitungan jumlah kontami¬nasi kapang/khamir melalui uji angka kapang/khamir dari sampel-sampel jamu gendong dari 5 produsen jamu gendong di Kotamadya Yogyakarta diketahui bahwa pada hampir seluruh sampel dari produsen jamu A, B dan D menunjukkan jumlah angka kontaminasi angka kapang/khamir melebihi standar batas kontaminasi bakteri yang masih dianggap aman untuk dikonsumsi pada obat tradisional sesuai yang disyaratkan oleh Departemen Kesehatan RI, yaitu sebesar < 104 CFU/ml.
Besarnya jumlah koloni kapang/khamir pencemar dalam sediaan jamu tersebut dapat disebabkan selain akibat proses pembuatan jamu yang kurang memperhatikan unsur sanitasi dan higien, dapat pula diakibatkan oleh adanya kontaminasi mikroba udara pada saat pengemasan atau penjualan. Jamu gendong umumnya dikemas dalam botol-botol baik yang terbuat dari kaca ataupun plastik. Kurangnya kebersihan dari botol ataupun tempat minum dari jamu gendong tersebut sangat mem-pengaruhi besarnya jumlah kontaminan mikroba pada produk jamu gendong.
Pengaruh faktor lokasi penjualan jamu gendong juga sangat mempengaruhi besarnya kontaminasi. Selain menjual jamu gendong dengan menawarkannya dari rumah ke rumah melewati jalan yang berdebu, beberapa penjual jamu gendong menjual jamu gendongnya di area yang tidak higienis seperti misalnya pada pasar-pasar tradisional yang memungkinkan banyak terjadinya kontaminasi dari mikroba yang terdapat di udara.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hampir seluruh sampel jamu gendong yang didapat dari produsen-produsen jamu gendong di DIY terkontaminasi oleh bakteri dan kapang/khamir dengan jumlah kontaminan yang melebihi ambang batas konsumsi, yaitu sebesar <106 CFU (Colony Forming Unit) per ml untuk bakteri dan <104 CFU/ml untuk kapang/khamir.
Kontaminasi dapat terjadi dari proses awal pembuatan jamu, yaitu melalui proses penyiapan simplisia yang tidak higienis hingga proses distribusi dan penjualan pada konsumen, dimana faktor lingkungan, terutama area penjualan yang tidak higienis memberikan peran cukup besar pada kontaminasi jamu gendong oleh mikroba yang terdapat di udara.

DAFTAR ACUAN
Anonima, 2002, Green Health: Indonesia, Jamu Project, http://www.unesco.or.id/apgest/pdf/in–donesia/bp-gh-ri-pdf. 20 April 2005

Anonimb, 1992, Prosedur Operasional baku Pengujian Mikrobiologi. Pusat Pemeriksaan Obat dan makanan. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan RI, 14–15, 21–25

Santoso, S.S., 2000, Penelitian Manfaat Pengobatan Tradisional untuk Penyembuhan Penyakit Tidak Menular, JKPKBPPK/Badan Litbang Kesehatan Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial, http://digilib.litbang.depkes.go.id 19 April 2005

Soedibyo, M., 2004, Jamu, Obat Sepanjang Zaman, http://www.tokohindonesia.com/ensiklo–pedi/m/mooryati-soedibyo/opini.shtml 18 April 2005

Suharmiati dan Handayani, L., 1998, Bahan Baku, Khasiat dan Cara Pengolahan jamu Gendong: Studi Kasus di Kotamadya Surabaya, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan kesehatan, Departemen Kesehatan RI, http://www.tempo.co.id/medika/arsip/052001/art-1.htm 18 April 2005.

Jumat, 23 Juli 2010

MEMBUAT PAKAN IKAN BUATAN

MODUL PROGRAM KEAHLIAN
BUDIDAYA IKAN
KODE MODUL SMKP2L01-06BIK
MEMBUAT
PAKAN IIKAN BUATAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
PROYEK PENGEMBANGAN SISTEM DAN STANDAR PENGELOLAAN SMK
DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN JAKARTA
2001
MODUL PROGRAM KEAHLIAN
BUDIDAYA IKAN
KODE MODUL SMKP2L01-06BIK
(Waktu : 95 Jam)
MEMBUAT
PAKAN IIKAN BUATAN
Penyusun :
Dr. Masyamsir, Ir., MS
Tim Program Keahlian Budidaya Ikan
Penanggung Jawab :
Dr.Undang Santosa,Ir.,SU
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
PROYEK PENGEMBANGAN SISTEM DAN STANDAR PENGELOLAAN SMK
DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN JAKARTA
2001
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan i
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat-Nya-lah
penulis dapat menyelesaikan modul “Membuat Pakan Ikan Buatan”.
Modul ini terdiri dari 6 Lembar Kegiatan yang saling berkaitan, diawali
dengan “Identifikasi dan pemilihan bahan baku pakan buatan”,
kemudian “Penghitungan formulasi pakan”, “Pembuatan pakan
buatan”, “Pengujian pakan buatan secara fisik, kimiawi dan biologis”,
selanjutnya “Pengemasan dan penyimpanan pakan” dan diakhiri
dengan “Penyusunan program pembuatan pakan buatan”.
Serangkaian Lembar Kegiatan ini memiliki tujuan instruksional umum
yaitu siswa mampu menyusun program pembuatan pakan ikan dan
memperhatikan nilai gizi, sifat-sifat dan ketersediaan bahan baku
pakan agar sesuai dengan kebutuhan ikan.
Modul ini tentu saja masih terbuka untuk di kritik-konstruktif dan diberi
saran, dengan tujuan untuk kesempurnaan tulisan ini.
Bandung, Desember 2001
Penyusun,
KATA PENGANTAR
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan ii
Modul ini merupakan Dasar Program Keahlian yang menyangkut aspekaspek
keterampilan dalam Membuat Pakan Ikan Buatan (L), untuk
dipelajari pada tingkat II SMKP Bidang Pertanian Program Keahlian
Budidaya Ikan. Modul ini terdiri dari enam sub kompetensi sejak
pemilihan bahan baku sampai perencanaan teknis pembuatan pakan.
Sebelumnya siswa harus sudah dapat menguasai bagaimana cara
Mengoperasikan Alat Dan Mesin Budidaya Ikan (K) yang merupakan
kompetensi penting yang harus benar-benar dikuasai oleh siswa.
DESKRIPSI
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan iii
PETA KEDUDUKAN MODUL
A C D F I
M4
B
L5
L3-4
L1-2
K3
K2
K1
S3
S2
S1
Aa1-2-
3-4-5-
6
Z1-2-
3-4-5-
6
W1-2-
3-4-5-
6
Y1-2-
3-4-5-
6
T1-2-
3-4-5-
6
V1-2-
3-4-5-
6
U1-2-
3-4-5-
6
X1-2-
3-4-5-
6
L6
Q7-8
Q3-6
Q1-2
P5-6
P1-4
R7-8
R3-6
R1-2
O6
O2-5
O1
N3
N2
N1
E
M5
M1
J4
J3
H
M2-3
J1-2
G
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan iv
Kemampuan awal yang dipersyaratkan untuk mempelajari modul tersebut
yakni :
Telah menyelesaian kompetensi Mengoperasikan Alat dan Mesin
Budidaya Ikan (K). Ditunjang oleh kompetensi Mengenal Alat dan Mesin
Pertanian (I), Memahami Sistem Agribisnis (A) dan Mengelola
Agribisnis (B).
PRASYARAT
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan v
Halaman
Kata Pengantar......................................................................................... i
Deskripsi................................................................................................... ii
Peta Kedudukan Modul............................................................................. iii
Prasyarat .................................................................................................. iv
Daftar Isi ........................................................................................ v
Peristilahan/Glossary................................................................................ vi
Petunjuk Penggunaan Modul.................................................................... vii
Tujuan....................................................................................................... viii
Kegiatan Belajar 1..................................................................................... 1
Kegiatan Belajar 2..................................................................................... 10
Kegiatan Belajar 3..................................................................................... 17
Kegiatan Belajar 4..................................................................................... 21
Kegiatan Belajar 5..................................................................................... 25
Kegiatan Belajar 6..................................................................................... 28
Lembar Evaluasi....................................................................................... 30
Lembar Kunci Jawaban............................................................................ 31
1. Lembar Kunci Jawaban Latihan 1..................................................... 31
2. Lembar Kunci Jawaban Latihan 2..................................................... 31
3. Lembar Kunci Jawaban Latihan 3..................................................... 31
4. Lembar Kunci Jawaban Latihan 4..................................................... 31
5. Lembar Kunci Jawaban Latihan 5..................................................... 32
6. Lembar Kunci Jawaban Latihan 6..................................................... 32
Daftar Pustaka.......................................................................................... 33
DAFTAR ISI
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan vi
·Pelet : Pakan buatan kering-lengkap, dengan
ukuran ± 2 cm dan diameter 2 mm.
·Flake : Pakan buatan kering-lengkap, dengan
bentuk seperti lembaran.
·Crumble : Pakan buatan kering-lengkap, dengan
bentuk seperti remah-remah.
·Perubahan deterioratif : Perubahan kimiawi pada pakan/bahan
pakan yang menyebabkan terjadinya
perubahan aroma dan nilai nutrisi;
perubahan kimia ini terjadi secara alami
dan berhubungan kandungan lipid dalam
pakan.
·Alga : Mahluk hidup bisa mikro atau makro, nabati
atau hewani, dengan habitat alaminya
adalah perairan.
PERISTILAHAN/GLOSSARY
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan vii
Pada dasarnya modul ini berisi pengalaman belajar tentang
pengetahuan, keterampilan dan jenis praktek baik di laboratorium
maupun di lahan praktek dengan bantuan guru dan tehnisi atau
laboran. Pada setiap akhir kegiatan belajar terdapat lembar Evaluasi
kognitif dan kinerja disertai kunci jawabannya yang berupa cara
penilaian prestasi pembelajaran sehingga siswa dapat mengontrol
kemampuannya sendiri.
Berikut ini diuraikan petunjuk penggunaan modul ini secara umum :
1. Bacalah uraian teori pada lembar informasi dengan seksama.
2. Perhatikan dengan baik setiap hal yang dijelaskan atau diperagakan
oleh guru atau tehnisi/laboran.
3. Bacalah isi penjelasan pada lembar kerja dengan teliti.
4. Periksa kondisi alat dan bahan praktek sesuai dengan yang
diperlukan dalam kegiatan praktek.
5. Buat catatan alat dan bahan yang dipinjam baik jenis, jumlah dan
kondisinya.
6. Usahakan untuk mempelajari setiap bab yang telah tersusun secara
berurutan dan jangan mencoba untuk melangkah ke bab berikutnya
sebelum bab yang pertama selesai di baca.
7. Catat hal-hal yang dianggap penting untuk ditanyakan atau
didiskusikan.
8. Evaluasi diri sendiri dengan mengerjakan soal atau latihan yang
tersedia.
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan viii
1. Tujuan Akhir
Pada akhir pembelajaran, siswa diharapkan mampu menyusun
program pembuatan pakan ikan dengan memperhatikan nilai gizi, sifatsifat
dan ketersediaan bahan baku pakan agar sesuai dengan
kebutuhan ikan.
2. Tujuan Antara
Siswa diharapkan mampu :
1. Memilih bahan baku pakan yang sesuai dengan macam-macam,
sifat dan ukuran bahan baku pakan.
2. Menghitung kebutuhan bahan baku pakan yang sesuai dengan
kebutuhan ikan.
3. Mengetahui cara membuat pakan dengan memperhatikan prosedur
pembuatan pakan, tujuan dan prinsip masing-masing tahapan.
4. Menguraikan cara pengujian hasil pakan buatan, agar dapat dipilih
pakan yang baik, sesuai dengan peruntukan.
5. Memilih teknik pengemasan dan penyimpanan pakan yang baik.
6. Mengetahui cara merancang teknik pembuatan pakan sesuai
dengan ketersediaan alat, bahan, biaya dan tenaga kerja.
7. Mengidentifikasi bahan baku pakan.
8. Menghitung formulasi pakan ikan.
9. Melakukan penepungan, penimbangan, pencampuran, pencetakan
dan pengeringan pakan.
10. Melakukan uji pakan secara fisik, kimia dan biologis.
11. Melakukan pengemasan dan penyimpanan pakan.
12. Menyusun program pembuatan pakan ikan.
TUJUAN
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan 1
Lembar Informasi
IDENTIFIKASI & PEMILIHAN BAHAN BAKU BUATAN
Dalam membuat pakan buatan untuk ikan, hal pertama yang harus
dipertimbangkan, adalah persyaratan bahan baku untuk pakan, yaitu :
1. Bahan baku pakan tidak boleh bersaing dengan bahan makanan
manusia. Bila manusia banyak membutuhkannya, bahan baku ini tidak
boleh diberikan kepada ikan.
2. Bahan baku ini harus tersedia dalam waktu lama, atau
ketersediaannya harus kontinyu. Bahan baku yang pada suatu saat
ada dan kemudian lenyap, harus dihindari. Padi yang diproduksi
secara massal dan nasional, tentu menyebabkan ketersediaan dedak
dan bekatul untuk ternak juga melimpah ruah. Sebaliknya untuk bahan
baku yang diproduksi secara terbatas, juga akan menghasilkan bahan
secara terbatas pula.
3. Harga bahan baku; walaupun bisa digunakan, tapi bila harganya
mahal maka penggunaan bahan atau peran bahan baku itu sebagai
bahan baku sudah tersisihkan. Sebenarnya murah atau mahalnya
bahan baku itu harus dinilai dari manfaat bahan itu, yang merupakan
cermin dari kualitas bahan tersebut. Tepung ikan, misalnya harganya
memang mahal, tetapi bila dibandingkan dengan kandungan
proteinnya yang tinggi dan kelengkapan asam aminonya, maka
penggunaan tepung ikan menjadi murah.
4. Kualitas gizi bahan baku, menjadi persyaratan penting lainnya.
Walaupun harganya murah, banyak terdapat di Indonesia, dan
ketersediaannya kontinyu, tetapi bila kandungan gizinya buruk, tentu
bahan baku ini tidak dapat digunakan.
Khusus untuk ikan, pakan buatan yang diberikan dapat dikatagorikan
menjadi :
1. Pakan alami, merupakan kelompok pakan yang berasal dari hewan
yang berukuran renik sampai ukuran beberapa centimeter yang di
kultur atau dikumpulkan dari alam; contohnya adalah Artemia,
Daphnis dan Cacing Sutra. Pakan alami ini dapat juga berasal dari
tumbuhan, misalnya fitoplankton dan daun talas.
KEGIATAN BELAJAR 1
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan 2
2. Pakan lembek, merupakan cincangan ikan-ikan rucah dan cumi-cumi
yang langsung diberikan kepada ikan. Daya tahan pakan lembek ini
2 – 3 hari dalam lemari pendingin.
3. Pakan kering lengkap, merupakan pakan berbentuk pelet, “flake” dan
“crumble” dengan kadar air rendah sehingga daya tahannya bisa 3 –
4 bulan dan kandungan gizinya cukup lengkap karena dibuat sesuai
dengan kebutuhan. Jenis pakan inilah yang akan dikupas lebih
mendalam.
Dalam bab ini, bahan baku akan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu bahan
baku nabati dan bahan baku hewani. Banyak sekali bahan baku nabati
yang dapat diberikan kepada unggas, bahan baku nabati inilah, yang
menyebabkan harga pakan menjadi dapat ditekan. Dari sekian banyak
bahan baku nabati, 70 – 75% merupakan biji-bijian dan hasil olahannya,
15 – 25% limbah industri makanan, dan sisanya hijauan sebagaimana
layaknya bahan pakan yang berasal dari biji-bijian, bahan pakan nabati
ini sebagian besar merupakan sumber energi yang baik, tetapi karena
asalnya dari tumbuhan, kadar serat kasarnya tinggi. Sebagai sumber
vitamin, beberapa bahan berbentuk bijian atau olahannya tidaklah
mengecewakan.
Bahan Baku Nabati
1. Jagung kuning
Selain jagung kuning, masih ada 2 warna lagi, pada jagung (Zea
mays), yaitu jagung putih dan jagung merah. Diantara ketiga warna
itu, jagung merah dan jagung putih jarang terlihat di Indonesia.
Jagung kuning merupakan bahan baku ternah dan ikan yang populer
digunakan di Indonesia dan di beberapa negara. Jagung kuning
digunakan sebagai bahan baku penghasil energi, tetapi bukan
sebagai bahan sumber protein, karena kadar protein yang rendah
(8,9%), seperti yang terlihat pada tabel 1, bahkan defisien terhadap
asam amino penting, terutama lysin dan triptofan.
KEGIATAN BELAJAR 1
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan 3
Tabel 1 : Komposisi Jagung
Nutrisi Kuantitas
Bahan kering 75 – 90 %
Serat kasar 2,0 %
Protein kasar 8,9 %
Lemak kasar 3,5 %
Energi gross 3918 Kkal/kg
Niacin 26,3 mg/kg
TDN 82 %
Calcium 0,02 %
Fosfor 3000 IU/kg
Vitamin A
Asam Pantotenat 3,9 mg/kg
Riboflavin 1,3 mg/kg
Tiamin 3,6 mg/kg
Sebagai sumber energi yang rendah serat kasarnya, sumber
Xantophyll, dan asam lemak yang baik, jagung kuning tidak diragukan
lagi. Asam linoleat jagung kuning sebesar 1,6%, tertinggi diantara
kelompok biji-bijian.
Untuk mengetahui kualitas jagung, digunakan analisis laboratorium
yang biasanya dapat dilakukan di laboratorium makanan yang terdapat
di tiap ibukota kabupaten, bahkan pabrik-pabrik ransum unggas.
Petunjuk :
1) Ambil dahulu sedikit jagung kuning sebagai contoh.
2) Berikan contoh itu ke laboratorium.
3) Bandingkan hasil analisisnya dengan tabel kandungan nutrisi
seperti pada tabel 1; bila tidak terlalu jauh, maka jagung kuning itu
dapat dipergunakan.
KEGITAN BELAJAR 1
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan 4
Pemeriksaan ini menjadi penting, sejak ditemukan banyak jagung
kuning yang dipalsukan atau dicampur bahan lain.
2. Dedak halus
Dedak merupakan limbah proses pengolahan gabah, dan tidak
dikonsumsi manusia, sehingga tidak bersaing dalam penggunaannya.
Dedak mengandung bagian luar beras yang tidak terbawa, tetapi
tercampur pula dengan bagian penutup beras itu. Hal ini
mempengaruhi tinggi-rendahnya kandungan serat kasar dedak. Tabel
2 berikut menyajikan kualitas nutrisi dedak halus.
Tabel 2 : Kandungan Nutrisi Dedak
Nutrisi Kuantitas
Bahan kering 91,0 %
Protein kasar 13,5 %
Lemak kasar 0,6 %
Serat kasar 13.0 %
Energi metabolis 1890,0 kal/kg
Calcium 0,1 %
Total Fosfor 1,7 %
Vitamin A
Asam Pantotenat 22,0 mg/kg
Riboflavin 3,0 mg/kg
Tiamin 22,8 mg/kg
Kandungan serat kasar dedak 13,6%, atau 6 kali lebih besar dari pada
jagung kuning, merupakan pembatas, sehingga dedak tidak dapat
digunakan berlebihan. Kandungan asam amino dedak, walaupun lengkap
tapi kuantitasnya tidak mencukupi kebutuhan ikan, demikian pula dengan
vitamin dan mineralnya.
KEGIATAN BELAJAR 1
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan 5
3. Bungkil Kacang Kedelai
Selain sebagai bahan pembuat tempe dan tahu, kacang kedele mentah
mengandung “penghambat trypsin” yang harus dihilangkan oleh
pemanasan atau metoda lain, sedangkan bungkil kacang kedelai,
merupakan limbah dari proses pembuatan minyak kedelai.
Tabel 3 : Komposisi Gizi Bungkil Kedelai
Nutrisi Kuantitas
Protein kasar 42 – 50 %
Energi metabolis 2825 - 2890 Kkal/kg
Serat kasar 6 %
Yang menjadi faktor pembatas pada penggunaan kedelai ini adalah
asam amino metionin.
4. Bungkil Kacang Tanah
Merupakan limbah dari pengolahan minyak kacang atau olahan lainnya.
Kualitas bungkil kacang tanah ini tergantung pada proses pengolahan
kacang tanah menjadi minyak. Disamping itu, proses pemanasan
selama pengolahan berlangsung, juga menentukan kualitas bungkil ini,
selain dari kualitas tanah, pengolahan tanah dan varietas kacang itu
sendiri.
Tabel 4 : Kandungan Nutrisi Bungkil Kacang Tanah
Nutrisi Kandungan
Bahan kering 91,5 %
Protein kasar 47,0 %
Lemak kasar 1,2 %
Serat kasar 13,1 %
Energi metabolis 2200 Kal/kg
KEGIATAN BELAJAR 1
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan 6
Kadar metionin, triptofan, treonin dan lysin bungkil kacang tanah juga
mudah tercemar oleh jamur beracun Aspergillus flavus.
5. Minyak Nabati
Penggunaan minyak diperlukan pada pembuatan pakan ikan yang
membutuhkan pasokan energi tinggi, yang hanya dapat diperoleh dari
minyak. Minyak nabati yang digunakan hendaknya minyak nabati yang
baik, tidak mudah tengik dan tidak mudah rusak. Penggunaan minyak
nabati yang biasanya berasal dari kelapa atau sawit pada umumnya
berkisar antara 2 – 6 %.
6. Hijauan
Sebagai bahan campuran pakan, kini hijauan mulai dilirik kembali,
karena ternyata sampai batasan tertentu hijauan dengan protein tinggi
dapat mensubstitusi tepung ikan. Hijauan yang dimaksud antara lain
azola, turi dan daun talas, yang bila akan digunakan harus diolah
terlebih dahulu, yakni pengeringan (oven atau panas matahari) tapi tidak
boleh merusak warna, lalu penggilingan dan pengayakan.
Bahan Makanan Hewani
1. Tepung Ikan
Berasal dari ikan sisa atau buangan yang tidak dikonsumsi oleh
manusia, atau sisa pengolahan industri makanan ikan, sehingga
kandungan nutrisinya beragam, tapi pada umumnya berkisar antara 60
– 70%. Tepung ikan merupakan pemasok lysin dan metionin yang baik,
dimana hal ini tidak terdapat pada kebanyakan bahan baku nabati.
Mineral kalsium dan fosfornya pun sangat tinggi, dan karena berbagai
keunggulan inilah maka harga tepung ikan menjadi mahal.
Tabel 5 : Kandungan Nutrisi Tepung Ikan
Komponen Kandungan
Protein kasar 60 – 70 %
Serat kasar 1,0 %
Kalsium 5,0 %
Fosfor 3,0 %
KEGIATAN BELAJAR 1
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan 7
2. Tepung Darah
Merupakan limbah dari rumah potong hewan, yang banyak digunakan
oleh pabrik pakan, karena protein kasarnya tinggi. Walaupun demikian
ada pembatas “religius” dan “dampak kesehatan”. Baik buruknya tepung
darah yang digunakan sebagai bahan baku dari segi kesehatan,
tergantung pada bagaimana bahan itu diperoleh dari rumah potong
hewan. Bila berasal dari penampungan yang bercampur kotoran, tentu
bahan ini tidak layak digunakan, tapi bila berasal dari penampungan
yang bersih, maka tepung ini memenuhi syarat sebagai bahan baku
pakan.
Tabel 6 : Kandungan Nutrisi Tepung Darah
Komponen Kandungan
Protein kasar 80 %
Lemak kasar 1,6 %
Serat kasar 1,6 %
Kelemahan dari tepung darah adalah miskin isoleucin dan rendah
kalsium dan fosfor, juga bila dipakai lebih dari 5% akan menimbulkan
efek “bau darah” pada ikan.
3. Sisa Potongan Rumah Jagal/Tepung Tulang
Berasal dari tulang-tulang dengan sedikit daging yang melekat,
kemudian dikeringkan dan digiling, di pasaran biasa disebut tepung
tulang. Bahan ini dapat digunakan antara 2,5 – 10% dalam formula
pakan dan lebih bersifat sebagai pendamping tepung ikan. Bila
digunakan berlebihan, tentu tidak menguntungkan, karena kalsium akan
terlalu banyak sehingga menurunkan selera makan.
4. Protein Sel Tunggal
Sebagai sumber protein, memang protein sel tunggal dapat dijadikan
alternatif dari cara yang sudah ada. Kandungan proteinnya beragam
sekali, mulai dari 30 – 80%, tergantung dari bahan protein sel
tunggalnya yaitu bakteri, jamur, ragi dan alga.
KEGIATAN BELAJAR 1
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan 8
5. Tepung Bulu Terolah
Tepung bulu diperoleh dengan merebus bulu unggas dalam wadah
tertutup dengan tekanan 3,2 atmosfer selama 45 menit dan
dikembalikan lagi pada tekanan normal, setelah itu dikeringkan pada
temperatur 60oC dan digiling hingga halus. Tepung bulu mempunyai
energi metabolis 2354 kal/kg dan asam amino tersedia sebesar 65%
dan penggunaannya maksimal 10%.
6. Limbah Unit Penetasan Ayam
Dalam penetasan telur ayam ras, ada telur-telur yang tidak bertunas
atau bertunas tapi mati, yang biasanya menjadi limbah. Limbah unit
penetasan ini akan berguna sekali untuk makanan unggas dan ikan.
Lembar Kerja
Identifikasi dan Pemilihan Bahan Baku Pakan Buatan Praktikum
1. Bahan : Berbagai jenis bahan baku pakan seperti : jagung kuning,
dedak halus, bungkil kacang kedelai, bungkil kacang tanah,
minyak nabati, protein sel tunggal, tepung bulu terolah,
limbah unit penetasan, tepung ikan, tepung darah dan
tepung tulang.
2. Alat :
- Tabel kandungan nutrisi bahan baku pakan
- Mangkuk plastik kecil
- Kertas sticker
- Sendok-sendok plastik
- Lap
- Alat tulis
3. Langkah kerja :
a. Mengidentifikasi bahan baku pakan (3 jam)
- Ambil beberapa sendok bahan pakan, simpan dalam mangkuk.
- Identifikasi nama bahan baku pakan dan kesegarannya
berdasarkan bentuk fisik, perabaan, penciuman aroma.
- Beri nama bahan baku pakan pada sticker.
KEGIATAN BELAJAR 1
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan 9
b. Membandingkan hasil analisis laboratorium (7 jam)
- Contoh-contoh bahan pakan di analisis kandungan nutrisinya
pada laboratorium makanan yang ada di ibukota kabupaten.
- Bandingkan hasilnya dengan tabel kandungan nutrisi bahan
baku pakan.
- Buatlah forum diskusi dalam masing-masing kelompok
mengenai perbedaan atau persamaan hasilnya, untuk
menentukan kelayakan bahan-bahan tadi sebagai bahan baku
pakan ikan.
Lembar Latihan
1. Isilah titik-titik pada tabel berikut
Karakteristik
Nama Bahan
Sumber gizi Bentuk fisik Aroma
a. Jagung kuning energi bijian jagung
b. Dedak halus . . . . . . . . . . . tepung beras/dedak
c. Bungkil kacang kedelai . . . . . . . . . . . remah . . . . . . . . . . .
d. Bungkil kacang tanah protein . . . . . . . . . . . kacang
e. Minyak nabati energi cair . . . . . . . . . . .
f. Hijauan . . . . . . . . . . . tepung/cincang . . . . . . . . . . .
g. Tepung ikan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ikan
h. Tepung darah protein . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
i. Tepung tulang . . . . . . . . . . . tepung . . . . . . . . . . .
j. Protein sel tunggal protein . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
k. Tepung bulu teroleh . . . . . . . . . . . tepung . . . . . . . . . . .
l. Limbah unit penetasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . telur
KEGIATAN BELAJAR 1
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan 10
Lembar Informasi
PENGHITUNGAN FORMULASI PAKAN
Perjalanan energi pada tubuh ikan, dapat dilihat pada gambar berikut :
Energi yang hilang dari tubuh ikan sebagai feses, urine, ekskresi insang
dan panas. Energi yang hilang sebagai panas, sulit untuk diukur, yakni:
1) Metabolisme standar, yaitu energi yang digunakan ikan pada kondisi
tidak bergerak pada air yang tenang.
2) Aktifitas fisik sukarela, yaitu energi yang digunakan ikan untuk mencari
makan, mempertahankan posisi dll.
3) Energi yang dikeluarkan berkenaan dengan aktifitas sistem
pencernaan.
Pengetahuan Gizi
Seperti halnya hewan lain, ikan pun membutuhkan zat gizi tertentu untuk
kehidupannya, yaitu untuk menghasilkan tenaga, menggantikan sel-sel
yang rusak dan untuk tumbuh. Zat gizi yang dibutuhkan adalah : protein,
lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan air.
A. Protein
Protein sangat diperlukan oleh tubuh ikan, baik untuk pertumbuhan
maupun untuk menghasilkan tenaga. Protein nabati (asal tumbuhtumbuhan),
lebih sulit dicernakan daripada protein hewani (asal
hewan), hal ini disebabkan karena protein nabati terbungkus dalam
dinding selulosa yang memang sukar dicerna.
Energi gross/
Pakan yang
dikonsumsi
Energi
Feses
Energi
Digestbel
Energi
Metabolis
Energi
Insang
Energi
Urine
Energi
Panas
Energi
Netto
Energi Pemeliharaan
Tubuh
Energi untuk Produksi
- Gonad
- Bobot badan
KEGIATAN BELAJAR 2
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan 11
Pada umumnya, ikan membutuhkan protein lebih banyak daripada
hewan-hewan ternak di darat (unggas dan mamalia). Selain itu, jenis
dan umur ikan juga berpengaruh pada kebutuhan protein. Ikan
karnivora membutuhkan protein yang lebih banyak daripada ikan
herbivora, sedangkan ikan omnivora berada diantara keduanya. Pada
umumnya ikan membutuhkan protein sekitar 20 – 60%, dan optimum
30 – 36%. Protein nabati biasanya miskin metionin, dan itu dapat
disuplau oleh tepung ikan yang kaya metionin.
B. Lemak
Nilai gizi lemak dipengaruhi oleh kandungan asam lemak esensialnya
yaitu asam-asam lemak tak jenuh atau PUFA (Poly Unsaturated Fatty
Acid) antara lain asam oleat, asam linoleat dan asam linolenat. Asam
lemak esensial ini banyak terdapat di tepung kepala udang, cumi-cumi
dll. Kandungan lemak sangat dipengaruhi oleh faktor ukuran ikan,
kondisi lingkungan dan adanya sumber tenaga lain. Kebutuhan ikan
akan lemak bervariasi antara 4 – 18%.
C. Karbohidrat
Karbohidrat atau hidrat arang atau zat pati, berasal dari bahan baku
nabati. Kadar karbohidrat dalam pakan ikan, dapat berkisar antara 10 –
50%. Kemampuan ikan untuk memanfaatkan karbohidrat ini tergantung
pada kemampuannya untuk menghasilkan enzim pemecah karbohidrat
(amilase). Ikan karnivora biasanya membutuhkan karbohidrat sekitar
12%, sedangkan untuk omnivora kadar karbohidratnya dapat mencapai
50%.
D. Vitamin
Apabila ikan kekurangan vitamin, maka gejalanya adalah nafsu makan
hilang, kecepatan tumbuh berkurang, warna abnormal, keseimbangan
hilang, gelisah, hati berlemah, mudah terserang bakteri, pertumbuhan
sirip kurang sempurna, pembentukan lendir terganggu dll. Agar ikan
tetap sehat, suplai vitamin harus kontinyu, tapi kebutuhan akan vitamin
dipengaruhi oleh ukuran ikan, umur, kondisi lingkungan dan suhu air.
E. Mineral
Mineral adalah bahan an-organik yang dibutuhkan oleh ikan untuk
pembentukan jaringan tubuh, proses metabolisma dan mempertahankan
keseimbangan osmotis. Mineral yang penting untuk pembentukan
tulang, gigi dan sisik adalah kalsium, fosfor, fluorine, magnesium, besi,
KEGIATAN BELAJAR 2
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan 12
tembaga, kobalt, natrium, kalium, klor, boron, alumunium, seng, arsen,
dll. Makanan alami biasanya telah cukup mengandung mineral, bahkan
beberapa dapat diserap langsung dari dalam air. Namun pada
umumnya, mineral-mineral itu didapatkan dari makanan. Oleh karena
itu, beberapa macam mineral yang penting perlu kita tambahkan pada
proses pembuatan pakan.
Selain kandungan gizi, ada beberapa bahan tambahan dalam meramu
pakan buatan. Bahan-bahan ini cukup sedikit saja, diantaranya :
antioksidan, perekat dan pelezat. Sebagai antioksidan atau zat anti
tengik dapat ditambahkan fenol, vitamin E, vitamin C, etoksikuin, BHT,
BHA dan lain-lain dengan penggunaan 150 – 200 ppm. Beberapa
bahan dapat berfungsi sebagai perekat seperti agar-agar gelatin,
tepung kanji, tepung terigu dan sagu, dengan pemakaian maksimal
10%. Bahan perekat ini menjadi penting pada pembuatan pakan udang,
sebab pakan udang harus mempunyai ketahanan yang tinggi, agar
tidak cepat hancur dalam air. Sebagai pelezat, pada umumnya dipakai
garam dapur sebanyak 2%.
Metoda Menghitung Kebutuhan Bahan Baku
Sebelum mulai menghitung, harap diingat bahwa suatu bahan baku
disebut bahan sumber protein apabila kadar proteinnya > 20%. Karena
harga protein paling mahal, maka yang pertama dihitung adalah protein,
sedangkan yang lainnya menyesuaikan, misalnya dengan menambahkan
sumber energi. Yang paling mudah adalah menggunakan metoda “Bujung
Sangkar”.
Sebagai contoh, akan disiapkan pakan ikan mas dengan 25% protein, dari
bahan dedak dan bungkil kedelai.
Untuk membuat pakan ikan mas 27% protein sebanyak 100 kg, kita
harus mencampur dedak : 17/35,8 = 47,5% x 100 = 47,5 kg
bungkil kedelai : 18,8/35,8 = 52,5% x 100 = 52,5 kg
27%
44 – 27 = 17
27 – 8,2 = 18,8
dedak kadar protein 8,2 %
bungkil kedelai 44 %
KEGIATAN BELAJAR 2
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan 13
Bila akan menggunakan lebih dari 2 bahan baku, kelompokkan dahulu
bahan baku basal (kadar protein < 20%) dan bahan baku protein (>20%).
Di rata-ratakan dahulu setiap kelompok, setelah itu dimasukkan ke metoda
bujur sangkar.
(Protein dedak + protein jagung) / 2 = (8,2 + 10,2) / 2 = 9,2 %
(Bungkil kedelai + tepung udang) / 2 = (44 + 48,35) / 2 = 48,35 %
Sehingga Bahan baku basal 21,35/39,5 = 54,53 %
Bahan baku protein 17,8/39,5 = 45,47 %
Jadi untuk membuat 100 kg pakan ikan ini, dapat mencampur :
- Dedak : 27,265 kg
- Jagung : 27,265 kg
- Bungkil kedelai : 22,735 kg
- Tepung udang : 22,735 kg
Metoda ini dapat juga digunakan berdasarkan kebutuhan kalori, hal ini
dilakukan bila kita akan membuat pakan dengan kalori tertentu.
Langkah diatas merupakan langkah pertama pada formulasi pakan;
langkah ke-2 adalah menguji kadar asam amino, yang dapat dilakukan di
laboratorium makanan/makanan ternak yang berada di ibukota kabupaten.
Lembar Kerja
Pada kegiatan ini, siswa akan menghitung formulasi pakan untuk
budidaya ikan di air tawar dan di air payau.
1. Alat : - Kalkulator
- Alat tulis dan penghapus
- Papan tulis
- Spidol papan tulis dan penghapus
2. Bahan : Daftar kandungan nutrisi bahan-bahan baku
27%
21,35
17,8
Bahan baku basal kadar protein 9,2%
(dedak + jagung)
Bahan baku protein kadar protein 48,35%
(bungkil kedelai + tepung udang
KEGIATAN BELAJAR 2
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan 14
3. Langkah kerja :
a. Menghitung pakan ikan lele (6 jam)
- Akan disusun formula pakan ikan lele dari 5 bahan baku
dengan kandungan gizi sebagai berikut :
Bahan Protein
%
Energi Digestbel
Mcal/kg
Kalsium
%
Tepung jagung 9 1,10 0,02
Tepung ikan 65 3,90 3,7
Bungkil kedelai 44 2,57 0,3
Dedak 12 1,99 0,1
Kapur 0 0 38,0
- Batasan : - Berat total campuran : 100 kg
- Total protein : 30 %
- Total kalsium : 0,5 – 1,5 kg
- Langkah-langkah
10,5
2
9 12
2
T. jagung dedak
1) =
+
=
+
54,5
2
65 44
2
T. ikan kedelai
+ = + =
2) Sehingga untuk T. jagung dan dedak masing-masing :
: 2 27,84 %
44
24,5
= ÷
ø
ö
çè
æ
Untuk T. ikan + kedelai, masing-masing :
: 2 22,16 %
44
19,5
= ÷
ø
ö
çè
æ
30
24,5
19,5
44,0
KEGIATAN BELAJAR 2
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan 15
3) Jadi untuk membuat 100 kg pakan ikan dibutuhkan
Bahan Komposisi
% % Ca Revisi 2
% Ca
Revisi 2
% Protein
1. T. Jagung 27,84 0,56 0,54 241,56
2. Dedak 27,84 2,78 2,78 334,08
3. T. Ikan 22,16 81,99 81,99 1440,40
4. Kedele 22,16 6,65 6,65 975,04
5. Kapur 0,00 0,00 38,00 -
T o t a l 100,00 91,98 129,96 2991,08
b. Menghitung formula pakan pembesaran udang (6 jam)
- Akan disusun formula pakan udang dari 8 bahan baku dengan
kandungan gizi sebagai berikut :
Bahan Protein
%
Energi
Digestbel
Mcal/kg
Dedak 12,0 1,99
Tapioka 2,0 1,20
Tepung ikan 65,0 3,90
Tepung kedelai 44,0 2,57
Vitamin C 0 0
Vitamin B1 0 0
Vitamin B6 0 0
Aquamix 0 0
- Batasan : - Berat total 100 kg
- Total protein 35 %
- Vitamin dan mineral total 5 %
- Langkah-langkah
1) Urutan pengerjaan sama dengan diatas
KEGIATAN BELAJAR 2
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan 16
Lembar Latihan
Pilihlah B untuk pernyataan benar dan S untuk pernyataan salah
1. B – S Energi yang dikonsumsi ikan seluruhnya akan diubah menjadi
panas dan produksi.
2. B – S Energi panas digunakan ikan untuk mempertahankan suhu
tubuh agar selalu tetap.
3. B – S Enzim amilase ikan herbivora lebih banyak daripada ikan
karnivora.
4. B – S Mineral yang berperan pada struktur ikan (tulang, gigi dan sisik)
adalah kalsium dan fosfor.
5. B – S Pada metoda “bujur sangkar”, kadar gizi yang paling umum
untuk dijadikan standar adalah kandungan protein dan energi.
KEGIATAN BELAJAR 2
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan 17
Lembar Informasi
PEMBUATAN PAKAN BUATAN
Teknologi pembuatan pakan mengalami perubahan yang substansial
dalam beberapa tahun terakhir. Enam puluh tahun yang lalu pencampuran
bahan baku pakan dilakukan di lantai gudang dengan menggunakan
sekop. Selanjutnya pencampuran beberapa bahan pakan menggunakan
tangan, kemudian “pencampuran mekanis”, “pencampuran kontinyu”, dan
sekarang “pencampuran yang dikontrol oleh komputer”. Tapi konsep dasar
pencampuran tidak lepas dari pertimbangan “nutrisi yang berimbang”.
Pada pabrik pakan proses yang terjadi secara berturut-turut adalah :
- Penurunan ukuran partikel
- Pencampuran awal (pre-mixing)
- Pelleting
- Pengemasan.
Penurunan ukuran partikel dilakukan oleh suatu “hammer-mill” yang akan
menurunkan ukuran partikel menjadi ukuran yang dikehendaki.
Dalam proses pembuatan pakan ikan, terdapat 2 proses pencampuran,
yaitu pencampuran bahan-bahan yang berjumlah kecil (pre-mixing) dan
pencampuran lain, yaitu melibatkan semua komponen pakan.
Bahan-bahan yang berjumlah kecil (micro-ingredient) antara lain adalah
vitamin dan mineral-mineral yang esensial tapi diperlukan dalam jumlah
yang sangat sedikit, sehingga diperlukan “bahan pengisi”, yang berat
jenisnya mendekati bahan-bahan mikro tadi.
Pada saat pencampuran, jumlah bahan baku yang digunakan akan
dikontrol oleh komputer. Setelah bercampur, adonan akan mengalir ke
saringan dengan diameter tertentu. Pada saat itu, uap air akan bercampur
dengan adonan sehingga memudahkan untuk dicetak. Setelah pelet
keluar dari saringan dalam kondisi panas dan mengandung uap-uap air,
maka pelet akan melewati mesin pendingin untuk menjamin suhu pelet
yang tercetak sudah dingin sehingga dapat langsung di kemas. Remahan
yang tersisa akan mengalir ke mesin pencetak kembali.
KEGIATAN BELAJAR 3
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan 18
Proses pengemasan yang terjadi pada pabrik pakan meliputi :
penimbangan, pengemasan, perekatan, pengkodean dan penjahitan.
Lembar Kerja
Akan dibuat makanan buatan untuk ikan lele dengan bahan baku seperti
pada contoh (lembar informasi).
1. Alat : - Mesin penepung
- Mesin pengayak
- Timbangan
- Mesin pencampur
- Mesin pencetak pelet
- Mesin pengering
- Wadah-wadah plastik, panci
- Sendok, spatula kayu
- Lap
- Kompor
- Tampah
- Kertas sticker
2. Bahan : -Jagung kuning
- Tepung ikan
- Bungkil kedelai
- Dedak
- Kapur
- Kanji atau CMC (Carboxy Metyl Celulosa)
3. Langkah kerja :
a. Penghalusan bahan baku (5 jam)
- Setiap bahan digiling menggunakan mesin penepung.
- Untuk jagung kuning, pada umumnya bila bagian lembaga sudah
halus, maka bagian yang kuning tidak dapat dihaluskan lagi dan
dapat disisihkan, digunakan untuk pakan unggas.
- Setelah digiling, setiap bahan baku diayak agar ukurannya
seragam. Bahan baku yang tertahan dapat dihaluskan kembali
menggunakan mesin penepung.
- Simpan di wadah-wadah plastik dan diberi nama.
KEGIATAN BELAJAR 3
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan 19
b. Penimbangan bahan baku (5 jam)
- Sesuai dengan perhitungan terdahulu dalam lembar informasi,
dapat diketahui berapa % bahan yang akan digunakan.
- Hitung berapa jumlah bahan yang akan digunakan, bila dalam
praktikum ini akan dibuat 10 kg pakan (berat kering).
- Timbanglah sesuai dengan kebutuhan.
- Simpan dalam wadah plastik dan beri nama.
c. Pencampuran bahan baku (5 jam)
- Campurlah bahan yang sedikit dahulu, baru kemudian yang
banyak.
- Untuk pakan ikan lele seperti contoh, urutan pencampuran
adalah : kapur, kedelai, tepung ikan, dedak dan tepung jagung.
- Campurlah dengan menggunakan mixer yang bertutup.
d. Pencetakan pakan (8 jam)
- Untuk mencetak pakan, baik berupa pelet, flake atau remahan,
prinsipnya adalah sama, yaitu penambahan bahan perekat
(binder) agar teksturnya kompak dan memiliki ketahanan dalam
air untuk beberapa lama.
- Ketahanan dalam air untuk ikan berbeda-beda. Untuk ikan mas,
nila dan ikan-ikan yang aktif pada saat diberi makan, maka
ketahanannya cukup 1 jam. Sedangkan untuk pakan udang,
harus lebih lama lagi yaitu sekitar 2 – 3 jam sesuai dengan
kebiasaan makannya.
- Siapkan binder yang di masak dengan air, sehingga berbentuk
seperti lem, kemudian sedikit-sedikit campurkan bahan-bahan.
- Masukan kedalam mesin pencetak, lalu dicetak dengan ukuran
yang dikehendaki.
- Untuk pakan yang berbentuk flake, adonannya digiling terlebih
dahulu, baru dikeringkan menggunakan mesin pengering.
e. Pengeringan pakan (3 jam)
- Pada pabrik pakan skala besar, pada umumnya mesin pengering
sudah terintegrasi dengan mesin pencetak, sedangkan pabrik
pakan skala rumah tangga, pengeringannya dilakukan dengan
tenaga surya.
KEGIATAN BELAJAR 3
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan 20
- Aturlah pelet pada nyiru atau di lantai yang beralas kayu. Biarkan
terjemur matahari, setelah 2 jam, pelet dapat dibalik, agar
pengeringan merata.
- Apabila kadar pelet tinggal 10% yang ditandai dengan mudahnya
pelet dipatahkan tapi tidak hancur, maka pelet sudah waktunya di
angkat dan di kemas.
Lembar Latihan
Pilihlah B apabila benar
S apabila salah
1. B – S Metoda pencampuran pada proses pre-mixing dan mixing
berbeda.
2. B – S Bahan yang jumlahnya sedikit (micro ingredient) contohnya
adalah vitamin, mineral dan binder.
3. B – S Proses pengemasan pada pabrik pakan, melibatkan
penimbangan, pengemasan, perekatan, pengkodean dan
penjahitan.
4. B – S Pada proses pencetakan pelet, terkadang tidak diperlukan
air dalam bentuk cair.
5. B – S Apabila tidak memungkinkan, peran matahari sebagai
sumber panas dapat diganti dengan lampu.
KEGIATAN BELAJAR 3
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan 21
Lembar Informasi
PENGUJIAN MUTU PAKAN SECARA FISIK,
KIMIAWI & BIOLOGIS
Untuk mengetahui tingkatan mutu pakan yang kita buat, haruslah dilakukan
pengujian. Ada 3 macam pengujian, yaitu pengujian fisik, kimiawi &
biologis.
A. Pengujian Fisik
Pengujian pelet secara fisik yaitu :
1. Kehalusan bahan baku
2. Kekerasannya
3. Daya tahan dalam air
4. Daya mengapungnya, yang akan dibahas satu persatu.
Kehalusan bahan baku, dapat diuji dengan jalan menggilingnya lagi,
berdasarkan besar kecilnya ukuran butiran, kita dapat membedakannya
menjadi sangat halus, halus, agak kasar, sangat kasar dll.
Pengujian kekerasan dapat dilakukan dengan memberi beban pada
pelet yang bersangkutan dengan suatu pemberat yang mempunyai
bobot tertentu. Pemberian beban itu kita lakukan dengan beberapa
macam pemberat, sampai akhirnya pelet tidak mampu lagi untuk
menahannya dan hancur. Pelet yang baik harus mempunyai kekerasan
yang tinggi, dan biasanya berasal dari bahan baku yang cukup halus.
Pengujian daya tahan dalam air, dilakukan dengan merendamnya dalam
air dingin. Waktu yang diperlukan sampai saat pelet hancur merupakan
ukuran daya tahannya.
Pengujian daya apung, kita lakukan dengan jalan menjatuhkan pelet
kedalam air dalam akuarium dengan ketinggian air 20 cm. Waktu yang
diperlukan mulai saat pelet menyentuh permukaan air sampai
tenggelam di dasar, adalah merupakan ukuran daya apungnya.
B. PENGUJIAN KIMIAWI
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kandungan gizi dari pakan
tersebut, yaitu kadar protein, lemak, karbohidrat, abu, serat dan kadar
air. Pengujian ini dapat dilakukan di laboratorium makanan yang
terdapat di ibukota kabupaten. Parameter yang diuji antara lain energi
gross, protein kasar, lemak kasar dan serat kasar.
KEGIATAN BELAJAR 4
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan 22
C. Pengujian Biologis
Aspek biologis penting adalah Nilai Konversi Pakan (Feed Conversion
Ratio). Nilai ini sebenarnya tidak merupakan angka mutlak, karena tidak
hanya ditentukan oleh kualitas pakan, tetapi juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain, seperti jenis, ukuran ikan, kepadatan, kualitas air dll.
Semakin kecil nilai konversi pakan, semakin baik kualitas pakan, karena
akan semakin ekonomis. Untuk mengetahui nilai konversi pakan perlu
dilakukan pengujian di lapangan pada berbagai tipe percobaan.
Lembar Kerja
Akan dilakukan serangkaian kegiatan dalam rangka pengujian mutu pakan
secara fisik, kimiawi dan biologis.
1. Alat : - Wadah plastik
- Pemberat
- Pengayak
- Penggiling daging kapasitas 2 kg
- Akuarium yang diisi air 20 cm 2 unit/kelompok
- Seperangkat alat untuk pengujian kimiawi untuk mengukur
energi, protein kasar, lemak kasar dan serat kasar
- Timbangan analitik
- Akuarium untuk uji coba biologis.
2. Bahan: - Pakan buatan sendiri
- Beberapa macam pakan komersial
- Daftar kandungan gizi pakan buatan sendiri dan pakan
komersial.
3. Langkah kerja
a. Pengujian pakan secara fisik (8 jam)
a.1. Kehalusan Bahan Baku (2 jam)
- Timbanglah pakan buatan sendiri dan 2 jenis pakan
komersial.
- Hancurkan dengan gilingan daging satu persatu,
kumpulkan dengan hati-hati.
- Partikel diayak dan dipilah mana yang halus, agak kasar
dan kasar, kemudian masing-masing ditimbang.
- Hitunglah persentase halus terhadap kasarnya, semakin
besar nilainya berarti semakin baik mutunya.
KEGIATAN BELAJAR 4
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan 23
a.2. Pengujian Kekerasan (2 jam)
- Timbanglah pakan buatan sendiri dan 2 jenis pakan komersial,
simpan di atas meja dan diberi nama.
- Ambil pemberat ¼ kg, tekan-tekan lima kali ke atas 3 macam
pelet tadi, amati apa yang terjadi, apakah mulai ada
kehancuran.
- Ambil pemberat ½ kg, tekan -tekan lima kali ke atas 3 macam
pelet tadi, amati dan catat.
- Ambil pemberat 1 kg, 1 ½ kg dan 2 kg, kegiatannya seperti
yang diatas. Pelet yang baik, memiliki kekerasan yang tinggi
dan hal itu terjadi bila bahan pakannya cukup halus.
a.3. Pengujian Daya Tahan Dalam Air (2 jam)
- Isilah akuarium yang cukup besar dengan air setinggi 20 cm.
- Timbanglah pakan buatan sendiri dan 2 macam pakan
komersial, masing-masing sebanyak 10 gram.
- Masukkan pelet ke dalam akuarium bersama-sama pada 3
titik yang berbeda (lokasi agak berjauhan).
- Amati perubahan yang terjadi, kapan saat pelet mulai hancur
dan kapan saat pelet hancur keseluruhan.
a.4. Pengujian Daya Apung (2 jam)
- Isilah akuarium yang cukup besar dengan air setinggi 20 cm.
- Timbanglah pakan buatan sendiri dan 2 macam pakan
komersial, masing-masing sebanyak 10 gram.
- Masukkan pelet kedalam akuarium bersama-sama pada 3 titik
yang berbeda (lokasi agak berjauhan).
- Hitunglah waktu yang diperlukan masing-masing pelet sejak
pelet menyentuh air sampai dengan pelet tenggelam, itu
merupakan daya apungnya.
b. Pengujian kimiawi (4 jam)
- Timbanglah pakan buatan sendiri dan 2 macam pakan
komersial masing-masing sebanyak 400 gram. Pakan komersial
yang digunakan adalah yang memiliki data kandungan gizi pada
kemasannya.
- Ujilah kandungan nutrisinya ke laboratorium makanan yang
berada di ibukota kabupaten.
- Bandingkan hasil analisis ini dengan daftar kandungan gizi
yang ada, yaitu untuk pakan buatan sendiri, data yang ada
KEGIATAN BELAJAR 4
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan 24
adalah kandungan protein, energi gross, sedangkan data pakan
komersial adalah kandungan protein, lemak, serat dan energi
gross.
- Diskusikan mengapa terdapat persamaan dan perbedaan.
c. Pengujian biologis (12 jam)
- Siapkan juvenil ikan lele berukuran ± 25 gram, sebanyak 27
ekor.
- Pelihara dalam 9 buah akuarium, beri nama dengan sticker,
masing-masing akuarium diisi oleh 3 ekor ikan lele.
- Siapkan 3 macam pelet (buatan sendiri dan pakan komersial),
timbanglah untuk satu hari makan, sebanyak 5% dari berat
tubuhnya. Satu macam pelet diberikan untuk 3 buah akuarium.
- Setiap minggu, lele ditimbang dan dicatat beratnya untuk
menentukan dosis makannya (5% dari berat tubuh).
- Lakukan selama 3 minggu.
- Buatlah grafik pertumbuhan 3 kelompok ikan itu dan
bandingkan.
Lembar Latihan
Jawablah pertanyaan di bawah ini
1. Mengapa kita harus melakukan pengujian terhadap pakan yang kita
buat.
2. Pengujian apa saja yang harus dilakukan.
3. Sebutkan beberapa langkah dalam pengujian pakan secara fisik.
4. Apa yang kita lakukan untuk melakukan pengujian secara kimiawi.
5. Mengapa pengujian secara kimiawi dan biologis lebih mahal daripada
pengujian secara fisik.
KEGIATAN BELAJAR 4
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan 25
Lembar Informasi
PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN PAKAN
Pada saat ini proses pengemasan sudah menjadi hal yang mutlak dalam
usaha pembuatan pakan ikan, karena dengan pengemasan yang baik,
maka proses penurunan mutu dapat ditekan. Wadah untuk mengemas
pakan sangat bervariasi, mulai dari karung plastik, kertas semen dan plastik
tebal untuk kapasitas besar dan alumunium foil untuk kapasitas kecil.
Pada saat ini terdapat 3 masalah dalam proses penyimpanan, yakni
serangga, organisma mikroskopis dan perubahan deterioratif, yang semua
itu akan menyebabkan kehilangan bobot, kualitas, resiko kesehatan dan
ekonomis. Serangga memakan hampir semua bahan baku dan
mengkontaminasinya dengan feses, sayap yang gugur, sarang, bau, dll.
Kehadiran serangga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sumber
serangga, ketersediaan pakan, temperatur, kelembaban udara dan
kehadiran organisme lain. Serangga spesies tropis, pada umumnya tumbuh
optimum pada suhu 28oC. Kelembaban diatas 70% meningkatkan
perkembangbiakan serangga. Kelembaban pakan pada umumnya
berhubungan erat dengan kelembaban udara dan serangga menyebabkan
kehilangan bobot dan kualitas.
Mikro organisma adalah kontaminan biologis pada lingkungan alami dan
hadir pada semua bahan pakan. Bakteri dan jamur tidak dapat hidup pada
kelembaban dibawah 20%. Proses penanganan pasca panen yang
melibatkan panas, ekstraksi kimia, mekanis serta dehidrasi menurunkan
jamur kontaminan.
Efek kerusakan pada pakan akibat jamur ada 4 :
1) Produksi racun mycotoxin.
2) Timbulnya panas.
3) Naiknya kelembaban.
4) Munculnya jamur.
Perubahan deterioratif pada bahan baku dan pakan hampir selalu terjadi,
dan ini berhubungan dengan kandungan lipid/lemak pada pakan.
KEGIATAN BELAJAR 5
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan 26
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses deterioratif adalah :
- Faktor lingkungan (temperatur, kelembaban, kebersihan lingkungan
dan rancangan bangunan).
- Kehadiran serangga dan mikroorganisma.
Ketengikan merupakan gabungan dari 3 proses, yaitu : oksidasi, hidrolisis
dan pembentukan keton. Banyak faktor yang mempengaruhi oksidasi lipid
yaitu enzim, hematin, peroksida, cahaya, temperatur dan katalisis dari
logam berat.
Hal terpenting pada penyimpanan bahan pakan dan pakan adalah :
1) Kebersihan umum ruangan, sebab ruangan yang terpengaruh
cuaca dan memungkinkan serangga berkembang biak akan
memudahkan terjadinya kerusakan.
2) Keseimbangan keluar-masuk barang. Barang yang pertama masuk,
barang itu yang pertama dikeluarkan atau “first in first out”.
3) Saluran buangan dan sampah harus tersendiri dan berjalan dengan
baik.
4) Ukuran bantalan kayu dan posisi penumpukan barang.
Lembar Kerja
1. Alat : - Kayu-kayu bantalan
- Alat tulis
2. Bahan :- Bahan pengemas terbuat dari karung plastik, kantung
semen dan karung goni
- Pelet ikan masing-masing 1 kg untuk dimasukkan ke 3
bahan pengemas.
3. Langkah kerja :
- Timbang pelet ikan masing-masing sebanyak 1 kg untuk disimpan
dalam karung plastik, kantung semen dan karung goni.
- Simpan di tempat yang lembab.
- Amati perubahan yang terjadi setiap minggu, yaitu :
a. Penampakan, ada jamur atau tidak.
b. Aroma, ada aroma lain selain aroma pakan.
c. Perubahan suhu, timbul panas atau tidak.
d. Ukuran berat, berkurang, bertambah atau tetap.
KEGIATAN BELAJAR 5
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan 27
Lembar Latihan
Beri tanda silang pada jawaban yang paling tepat
1. Yang bukan wadah pengemasan pakan ikan komersial
a. Karung goni
b. Karung plastik
c. Kantung semen
d. Karung terigu
2. Kehilangan yang terjadi proses penyimpanan, kecuali :
a. Kehilangan bobot
b. Kehilangan kualitas
c. Resiko kesehatan
d. Ketengikan
3. Kontaminasi serangga pada bahan pakan, yaitu :
a. Organisma mikroskopis
b. Perubahan deterioratif
c. Proses rancidity
d. Feses
4. Yang bukan kerusakan pada pakan akibat jamur adalah :
a. Timbulnya panas
b. Kadar air di udara naik
c. Adanya fungsi
d. Kadar air di pakan naik
5. Rancidity atau ketengikan merupakan rangkaian dari proses, kecuali :
a. Penambahan oksigen
b. Hidrolisis
c. Pembentukan keton
d. Pembentukan aldehida
KEGIATAN BELAJAR 5
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan 28
Lembar Informasi
PENYUSUNAN PROGRAM PAKAN BUATAN
Dalam penyusunan program pembuatan pakan buatan, terlebih dahulu
harus diketahui pergerakan (aliran) materi bahan pakan seperti yang
tergambar pada skema berikut ini. (buku 1 hal. 292)
Setelah mempelajari skema tersebut, dapatlah diperkirakan alat dan bahan
yang diperlukan, yaitu :
- Mesin penimbang
- Mesin penepung
- Mesin pengayak
- Mesin pencampur
- Mesin pencetak
- Mesin pendingin
- Atau mesin pengering.
Keberadaan mesin ini, dapat terpisah atau bersatu (integrated). Gambargambar
di bawah ini memperlihatkan mesin penghalus/ penepung (gambar
2), mesin pencampur (gambar 3), mesin pencetak (gambar 4), mesin
pendingin-pengering (gambar 5).
Kebutuhan biaya/permodalan dalam progra, pembuatan pakan buatan
terdiri dari 2 komponen yaitu modal tetap yang terdiri dari pembelian mesinmesin,
sewa pabrik, sewa gudang dan lain-lain, sedangkan modal tidak
tetap terdiri dari upah karyawan, pembelian bahan-bahan pakan dan biaya
operasional (listrik, BBM, air, telekomunikasi, dll).
Dari segi tenaga kerja, minimum personil yang dibutuhkan adalah ahli
makanan ternak/ikan, merangkap ahli analisis gizi bahan pakan, karyawan
yang bertanggungjawab di gudang, karyawan yang bertanggungjawab pada
masing-masing mesin (operator) dan karyawan bagian administrasi. Selain
itu diperlukan pula teknisi-teknisi yang bertanggungjawab terhadap
operasional mesin-mesin, listrik, termasuk listrik cadangan, ketersediaan
BBM untuk listrik cadangan, air (PDAM atau artesis), telekomunikasi.
KEGIATAN BELAJAR 6
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan 29
Beberapa faktor pendukung dalam menjalankan operasional pabrik pakan
sangat diperlukan, antara lain bagian pemasaran yang bertanggung-jawab
terhadap kelancaran penyerapan produksi dan bagian keuangan yaitu
bagian yang bertanggungjawab terhadap kelancaran pembayaran upah
karyawan, pemasok bahan pakan (supplier), pajak-pajak, rekening listrik,
telepon, e-mail dll. Selain itu petugas penagihan piutang pabrik, juga mutlak
diperlukan kehadirannya.
Lembar Kerja
1. Alat : - Buku tulis
- Alat tulis
- Kalkulator
2. Bahan : - Modul
- Buku-buku lain yang berhubungan dengan pabrik pakan
3. Langkah kerja :
- Disusun suatu program pembuatan pabrik pakan ikan
- Buatlah daftar kebutuhan alat-alat
- Susunlah daftar kebutuhan bahan-bahan
- Susunlah daftar kebutuhan personil
- Susunlah kebutuhan biaya.
Lembar Latihan
Pilihlah B apabila benar
S apabila salah
1. B – S Pada aliran materi di pabrik pakan, terdapat unsur
“pergudangan”, dimana didalamnya terdiri dari seksi penerimaan,
pemeriksaan mutu dan penimbangan.
2. B – S Pada pabrik pakan modern, tidak diperlukan mesin pengering
pelet.
3. B – S Mesin-mesin pada pabrik pakan, bisa berdiri sendiri ataupun
merupakan satu kesatuan (integrated).
4. B – S Tenaga teknisi tetap diperlukan untuk kelancaran operasional
mesin-mesin walaupun sudah ada operator mesin.
5. B – S Bagian pemasaran merupakan ujung tombak dari keberadaan
pabrik pakan dan paling menentukan tingkat produktifitas pabrik
pakan.
KEGIATAN BELAJAR 6
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan 30
1. Apa yang saudara ketahui mengenai pemilihan bahan baku.
2. Mengapa metoda bujur sangkar merupakan metoda yang paling populer
saat ini.
3. Dapatkah kita mengganti mesin-mesin yang terdapat pada Lembar
Informasi 6 dengan mesin-mesin sederhana untuk skala kecil.
4. Haruskah kita menguji kualitas pakan secara kimiawi dan biologis,
mengingat biaya yang dikeluarkan cukup mahal.
5. a. Untuk mempertahankan mutu pakan ikan dalam jangka waktu cukup
lama, dapatkah siswa menyebutkan bahan untuk mengemas produk.
b. Apa yang harus siswa pertimbangkan sebelum menyimpan produk di
gudang.
6. Dalam menyusun rencana pembuatan pakan ikan, kebutuhan apa saja
yang harus dipersiapkan, jelaskan satu-persatu.
LEMBAR EVALUASI
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan 31
LKJLL 1
a. jagung
b. energi
c. protein-kedelai
d. biji
e. kelapa
f. serat-daun
g. protein-tepung
h. tepung-amis
i. kalsium-amis
j. tepung-daun
k. protein-masam
l. protein-remah/tepung
LKJLL 2
1. S
2. S
3. B
4. B
5. B
LKJLL 3
1. B
2. S
3. B
4. B
5. S
LKJLL 4
1. Untuk mendapat kepastian kualitas pakan.
2. Fisik, kimiawi dan biologis.
3. a. Kehalusan bahan baku
b. Kekerasan
c. Daya tahan dalam air
d. Daya mengapung
4. Pengujian secara kimiawi adalah pengujian untuk mendapatkan
keyakinan kualitas nutrisi pakan melalui uji pendekatan (proksimat)
kandungan protein, lemak, serat, air dan energi gross.
5. Pengujian kimiawi dan biologis lebih mahal karena membutuhkan
bahan-bahan kimia dan peralatan budidaya yang harganya mahal.
LEMBAR KUNCI JAWABAN
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan 32
LKJLL 5
1. D
2. D
3. D
4. D
5. D
LKJLL 6
1. B
2. B
3. B
4. B
5. S
KUNCI JAWABAN
1. a. Bahan baku pakan tidak boleh bersaing dengan bahan makanan
manusia
b. Ketersediaan bahan-bahan kontinyu
c. Harga murah
d. Kualitas gizi bagus
2. Dapat dilaksanakan pada kondisi fasilitas terbatas
3. Pada skala kecil dapat menggunakan mesin-mesin sederhana, namun
pada pabrik skala besar mesin-mesin sederhana kurang ekonomis
4. Pada skala rumah tangga pengujian lengkap tidak usah, cukup dengan
pengujian ujian nutrisi kasar berdasarkan kadar nutrisi sumber bahan
kasar
5. a. Bahan untuk pengemas produk ialah karung plastik, kertas semen,
plastik tebal dan alumunium foil
b. Pertimbangan sebelum penyimpanan di gudang ialah kebersihan
umum ruangan, keseimbangan keluar masuk barang, saluran
buangan dan sampah harus tersendiri, ukuran bantalan kayu dan
posisi penumpukan barang.
6. Kebutuhan yang harus dipersiapkan ialah : mesin yang diperlukan, modal
uang, tenaga kerja, dan faktor pendukung seperti bagian pemasaran,
bagian keuangan, suplier bahan baku, transportasi dan komunikasi.
LEMBAR KUNCI JAWABAN
SMK
Pertanian
Kode Modul
SMKP2L01-
06BIK
Membuat Pakan Ikan Buatan 33
1. Anggorodi, R., 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum Gramedia,
Jakarta, 1979
2. FAO, 1980, Fish Feed Technology. United Nations Development
Programme, FAO United Nations, Rome, 395 P
3. Maynard, L.A., J.K. Loosli, H.F. Hintz, R.G. Warner, 1979, Animal
Nutrition, Mc. Graw Hill., Inc. 602 P.
4. NRC, 1983, Nutrient Requirement of Warm Water Fishes &
Shellfishes, National Academy Press, Washington DC. 102 P
5. Rasyaf, M. 1990, Bahan Makanan Unggas di Indonesia Kanisius,
Yogyakarta, 118 hal.
6. Rostika, R., 1997, Performan Juwanan Ikan mas yang dipengaruhi
berbagai imbangan protein-energi pada pakan. Tesis
Universitas Padjadjaran, tidak dipublikasikan, 145 hal.
7. Sumeru, S.U., dan Anna S., 1992, Pakan Udang Windu Kanisius,
Yogyakarta, 94 hal.
DAFTAR PUSTAKA

MAKALAH BBAT SUKABUMI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Sumber daya perikanan di Indonesia potensinya sangat besar karena dua per tiga dari wilayah Indonesia adalah wilayah laut. Dengan luas perairan 5.000.000 Ha ini Indonesia memiliki berjuta jenis organisme akuatik. Maka tak heran jika Indonesia menduduki peringkat ke enam Negara produsen ikan di dunia dengan total produksi 5,6 juta ton (FAO,2003). Berbagai jenis baik ikan tawar mapun ikan laut yang dibudidayakan di Indonesia. Namun dengan jumlah produksi tersebut masih belum dapat mencukupi kebutuhan ikan baik di Indonesia maupun di dunia. Selain itu juga perkembangan dunia perikanan masih belum bisa menunjang perekonomian masyarakat.
Keterbatasan pengetahuan penduduk Indonesia dalam pembudidayaan perikanan baik dalam pembudidayaannya maupun dalam pemasarannya merupakan suatu penghambat berkembangnya dunia perikanan di Negara kita. Padahal jika kita cermati, peluang berbisnis di dunia perikanan masih terbuka luas bahkan dapat menghasilkan pendapatan yang cukup besar.
Selain keterbatasan pengetahuan, terbatasnya peralatan dan fasilitas yang menunjang pengembangan dunia perikanan menjadi suatu factor penghambat yang turut mempengaruhi laju perikanan di Negara kita. Namun seiring berjalannya waktu, pemerintah berusaha mengejar ketertinggalan teknologi dengan berangsur-angsur menyediakan peralatan yang modern. Selain itu juga pemerintah membangun balai-balai perikanan sebagai sarana penelitian serta pembudidayaan ikan baik ikan air tawar,payau maupun air laut.
Dewasa ini balai-balai perikanan telah tersebar diseluruh Indonesia baik balai air tawar,payau maupun air laut. Salah satu balai terbesar di Indonesia yaitu balai air tawar atau BBAT yang terletak di kota Sukabumi, Jawa barat, tepatnya pada KM 3 arah ke objek wisata Selabintana. Balai yang telah berdiri sejak tahun 1920 ini berfungsi sebagai balai budidaya air tawar, yang merupakan unit pelaksana terkni (UPT) direktorat jenderal perikanan.




1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari kuliah lapangan ke BBAT Sukabumi ini bertujuan sebagai berikut:
Mengetahui teknik-teknik pembudidayaan ikan air tawar
Mengetahui lokasi Balai Besar Air Tawar Sukabumi baik secara geografis maupun keadaan umumnya
Mengetahui fungsi dan peranan dari BBAT Sukabumi terhadap dunia perikanan di Negara kita
Dengan adanya kuliah lapangan ke BBAT Sukabumi dapat dijadikan sebagai transfer iptek para aquakulturis
Dengan adanya kuliah lapangan ke BBAT Sukabumi ini dapat menjadikan motivasi bagi mahasiswa/i untuk meningkatkan pengetahuan baik pengetahuan secara teori maupun praktek di dunia perikanan
Dengan adanya kuliah lapangan ini diharapkan dapat menumbuhkan sikap kritis mahasiswa/i untuk melakukan penelitian-penelitian yang dapat memperkaya ilmu perikanan.


















BAB II
HASIL

2.1 Sejarah singkat BBPBAT Sukabumi
Sejarah BBPAT dimulai sejak tahun 1920-1942 sebagai culture school (sekolah perkebunan) tetapi sering pula disebut sebagai landbouw school (sekolah pertanian).
Pada tahun 1943-1945 berubah menjadi noogako, dan tahun 1946-1953 berubah lagi menjadi sekolah pertanian menengah namanya kemudian diganti menjadi pusat latihan perikanan pada tahun 1954-1967, dan selanjutnya pada tahun 1968-1975 berfungsi sebagai training center perikanan.
Tahun 1976-1977 berkembang menjadi pangkalan pengembangan pola keterampilan budidaya air tawar, dan akhirnya pada tahun 1978 sampai sekarang menjadi balai budidaya air tawar, yang merupakan unit pelaksana terkni (UPT) direktorat jenderal perikanan.
2.2 Keadaan Umum
BBAT terletak di kota Sukabumi, Jawa barat, tepatnya pada KM 3 arah ke objek wisata Selabintana. Ketinggian dari permukaan laut kurang lebih 700 m dengan suhu udara berkisar antara 20-29 ºC .
Luas areal kurang lebih 26 Ha yang terdiri dari :
10 Ha perkolaman
3 Ha sawah dan
13 Ha berupa tanah darat yang dipergunakan untuk kantor,jalan, rumah dinas dan fasilitas lainnya seperti asrama, laboratorium basah, laboratorium kualitas air, laboratorium hama an penyakit ikan, bvangsal pembenihan, gudang pellet dan sarana olahraga.
Sumber air didapatkan dari dua buah sungai yaitu sungai Panjalu dan sungai Ciasrua yang keduanya berasal dari Gunung gede.
2.3 Kedudukan, Tugas dan Fungsi
Berdasarkan SK pertanian no 307/KPTS/Org/5/1978, disebutkan bahwa
1. BBAT adalah unit pelaksana teknis dibidang bimbingan produksi dan sumber hayati perikanan, dalam lingkungan departemen perikanan pertanian yang berada dibawah dan bertanggjung jawab kepada direktur jenderal perikanan.
2. BBAT dipimpin oleh seorang kepala dan wilayah kerjanya meliputi seluyruh Indonesia
3. BBAT mempunyai tugas melaksankan pemberian bimbingan budidaya air tawar sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
4. untuk melaksanakan tugas tersebut BBAT mempunyai fungsi :
a. Memberikan bimbingan teknis p[roduksi benih dan pemanfaatan benih alam:
b. melaksanakan teknis budidaya air tawar
c. melakukan pengamtan dan pengelolaan lingkungan
2.4 Susunan organisasi
BBAT terdiri dari :
1. Sub bagian TU;mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administrative kepada semua satuan organisasi dalam lingkungan BBAT. Sub bagian ini terdiri dari urusan umum, urusan kepegawaian, dan urusan keuangan.
2. Seksi produksi benih; mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok balai yang berupa pemberian bim,bingan dan peningkatan teknis produksi benih ikan serta pemanfaatan benih alam seksi ini terdiri dari sub seksi teknik pembenihan dan sub seksi pengadaan benih.
3. Seksi teknik budidaya; mempunyai tuigas melaksanakan peningkatan teknik budidaya air tawar, seksi ini terdiri dari subseksi kolam dan sawah serta subseksi perairan umum.
4. Seksi teknik perlindungan lingkungan ; mempunyai tugas melaksanakan pengamatan dan pengelolaan lingkungan. Seksi terdiri dari sub seksi pengamatan tanah dan air serta sub seksi hama dan penyakit.
2.5 Keadaan pegawai
Pegawai BBAT berjumlah 97 orang seluruhnya merupakan pegawai pusat ( pdepartemen pertanian), yang terdiri dari :
Sarjana perikana 13 orang
Sarjana biologi 1 orang
Sarjana ekonomi 2 orang
Sarjana pertanian 2 orang
Diploma IV Aup 3 orang
Diploma III aupu/sederajat 6 orang
Supm /sederajat 17 orang
Sakma 2 orang
SMA/sederajat 35 orang
SMP/sederajat 3 orang
SD 14 orang
2.6 Instalasi dan fasilitas
Dikomplek BBAT, selain kolam-kolam tempat pengujian teknologi budidaya dan produksi calon induk, terdapat pula fasiliotas-fasilitas penunjang lainnya , berupa :
1. bangsal pembenihan (hatchery) berfungsi untuk melakukan kegiatan pemijahan dan pemeliharaan larva ikan.
2. labolatorium kualitas air dan tanah, befungsi untuk melakukan kegiatan analisis kualitas air dan tanah media budidaya.
3. labolatorium hama dan penyakit berfungsi untuk melakukan kegiatan pengendalian hama dan penyakit ikan budidaya
4. laboratorium bakteriologi,berfungsi untuk melakukan kegiatan pengamatan dan pengendalian khusus mengenai bakteri termasuk imunisasi benih ikan.
5. laboratorium basah,berfungsi untuk pemeliharaan dan pengembanganberbagai jenis ikan hias air tawa.
6. perpustakaan,dengan buku buku perikanan berjumlah 1500 judul,dan non perikanan 200 judul.
7. asrama,berkapasitas 80 orang.
8. aula,berkapasitas 100 orang.
9. ruang rapat,aberkapasitas 30 orang.
10. guest haus,berkapasitas 32 orang.
11. sarana peribadatan (msjid) berkapasitas 150 orang.
Dalam melaksanakan tugasnya,selain fasilitas yang ada di komplek bbat jl,selabintana,bbat juga mempunyai stasiun pembenihan udang galah di pelabuhan ratu dan stasiun penbesaran ikan di kolam air deras (running water) di cisaat.
Selain itu dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pagawai,maka seluruh karyawan terhimpun dalam koperasi karya-wan bbat,dengan nama mina karya (komika) dengan badan hokum no.8492/bh/kwk/10/23.tanggal 10 oktober1986
2.7 kegiatan bbat
Mengingat bbat pada dasarnya melaksanakan sebagian tugas direktorat jenderal perikanan,khususnya yang bersifat operasional,maka sesuai dengan sk mentan no.560/1990 sebagai tugas direktorat jenderal perikanan di jabarkan sebagai berikut:
1. dalam penyiapan paket teknologi, maka BBAT
a. Melakukan pengujian teknologi
b. Melakukan evaluasi teknologi, khususnya di daerah-daerah
2. dalam bimbingan produksi maka BBAT
a. Melaksanakan bimbingan alih teknologi (pelatihan terhadap UPTD dan kontak tani)
b. Mayiapkan calon induk untuk BBI sentral
c. Melakukan pengawasan mutu benih/standarisasi/ sertifikasi
3. dalam pembinaan sumber, maka BBAT:
a. Melakukan identifikasi dan pemetaan potensi sumber
b. Melakukan identifikasi benih dan induk di alam
c. Melakukan identifikasi hama/penyakit dan pencemaran lingkungan
d. Melakukan sumber daya ikan kritis dan langka























BAB III
PEMBAHASAN

Komoditas yang dibudidayakan di BBAT sukabumi meliputi ikan lobster, nila, lele, gurame, udang galah, kodok lembu, sidat, mola dan ikan hias yang meliputi koi,arwana,super red dan mega red.
1. Pembenihan dan pembesaran ikan nila
Klasifikasi ikan nila adalah sebagai berikut:
Kelas : Osteichthyes
Sub-kelas : Acanthoptherigii
Crdo : Percomorphi
Sub-ordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus.
Terdapat 3 jenis nila yang dikenal, yaitu: nila biasa, nila merah (nirah) dan nila albino.
Pembibitan
* Pemilihan Bibit dan Induk
Ciri-ciri induk bibit nila yang unggul adalah sebagai berikut:
Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kwalitas yang tinggi.
Pertumbuhannya sangat cepat.
Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.
Resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit.
Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk.
Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 120-180 gram lebih per ekor dan berumur sekitar 4-5 bulan.
Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:
Betina
Terdapat 3 buah lubang pada urogenetial yaitu: dubur, lubang pengeluaran telur dan lubang urine.
Ujung sirip berwarna kemerah-merahan pucat tidak jelas.
Warna perut lebih putih.
Warna dagu putih.
Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.
Jantan
Pada alat urogenetial terdapat 2 buah lubang yaitu: anus dan lubang sperma merangkap lubang urine.
Ujung sirip berwarna kemerah-merahan terang dan jelas.
Warna perut lebih gelap/kehitam-hitaman.
Warna dagu kehitam-hitaman dan kemerah-merahan.
Jika perut distriping mengeluarkan cairan.
Ikan nila sangat mudah kawin silang dan bertelur secara liar. Akibatnya, kepadatan kolam meningkat. Disamping itu, ikan nila yang sedang beranak lambat pertumbuhan sehingga diperlukan waktu yang lebih lama agar dicapai ukuran untuk dikonsumsi yang diharapkan. Untuk mengatasi kekurangan ikan nila di atas, maka dikembang metode kultur tunggal kelamin (monoseks). Dalam metode ini benih jantan saja yang dipelihara karena ikan nila jantan yang tumbuh lebih cepat dan ikan nila betina. Ada empat cara untuk memproduksi benih ikan nila jantan yaitu:
• Secara manual (dipilih)
• Sistem hibridisasi antarjenis tertentu
• Merangsang perubahan seks dengan hormon
• Teknik penggunaan hormon seks jantan ada dua cara.
1. Perendaman
2. Perlakuan hormon melalui pakan
* Pembenihan dan Pemeliharaan Benih
Pada usaha pembenihan, kegiatan yang dilakukan adalah :
Memelihara dan memijahkan induk ikan untuk menghasilkan burayak (anak ikan).
Memelihara burayak (mendeder) untuk menghasilkan benih ikan yang lebih besar. Usaha pembenihan biasanya menghasilkan benih yang berbeda-beda ukurannya. Hal ini berkaitan dengan lamanya pemeliharaan benih. Benih ikan nila yang baru lepas dan mulut induknya disebut "benih kebul". Benih yang berumur 2-3 minggu setelah menetas disebut benih kecil, yang disebut juga putihan (Jawa Barat). Ukurannya 3-5 cm. Selanjutnya benih kecil dipelihara di kolam lain atau di sawah. Setelah dipelihara selama 3-1 minggu akan dihasilkan benih berukuran 6 cm dengan berat 8-10 gram/ekor. Benih ini disebut gelondongan kecil. Benih nila merah. Berumur 2-3 minggu, ukurannya ± 5 cm. Gelondongan kecil dipelihara di tempat lain lagi selama 1- 1,5 bulan. Pada umur ini panjang benih telah mencapai 10-12 cm dengan berat 15-20 gram. Benih ini disebut gelondongan besar.
Pemeliharaan Pembesaran
Dua minggu sebelum dan dipergunakan kolam harus dipersiapkan. Dasar kolam dikeringkan, dijemur beberapa hari, dibersihkan dari rerumputan dan dicangkul sambil diratakan. Tanggul dan pintu air diperbaiki jangan sampai teriadi kebocoran. Saluran air diperbaiki agar jalan air lancar. Dipasang saringan pada pintu pemasukan maupun pengeluaran air. Tanah dasar dikapur untuk memperbaiki pH tanah dan memberantas hamanya. Untuk mi dipergunakan kapur tohor sebanyak 100-300 kg/ha (bila dipakai kapur panas, Ca 0). Kalau dipakai kapur pertanian dosisnya 500-1.000 kg/ha. Pupuk kandang ditabur dan diaduk dengan tanah dasar kolam. Dapat juga pupuk kandang dionggokkan di depan pintu air pemasukan agar bila diairi dapat tersebar merata. Dosis pupuk kandang 1-2 ton/ha. Setelah semuanya siap, kolam diairi. Mula-mula sedalam 5-10 cm dan dibiarkan 2-3 hari agar teriadi mineralisasi tanah dasar kolam.Lalu tambahkan air lagi sampai kedalaman 80-100 cm. Kini kolam siap untuk ditebari induk ikan.
2. Budidaya ikan mas ( Cyprinus carpio L ).
Sejarah singkat
Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang pipih kesamping dan lunak. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum masehi di Cina. Di Indonesia ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun 1920. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Ikan mas Punten dan Majalaya merupakan hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya
Sentra perikanan
Budidaya ikan mas telah berkembang pesat di kolam biasa, di sawah, waduk, sungai air deras, bahkan ada yang dipelihara dalam keramba di perairan umum. Adapun sentra produksi ikan mas adalah: Ciamis, Sukabumi, Tasikmalaya, Bogor, Garut, Bandung, Cianjur, Purwakarta
Jenis
Dalam ilmu taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut:
Kelas : Osteichthyes
Anak kelas : Actinopterygii
Bangsa : Cypriniformes
Suku : Cyprinidae
Marga : Cyprinus
Jenis : Cyprinus carpio L.
Memilih induk ikan mas (cyprynus carpio)
Umur
Bentuk badan
Kepala
Sisik
Pangkal ekor
Jantan
Badan tampak ramping
Gerakannya lincah dan gesit
Jika bagian perut diurut (perlahan-lahan)dari depan kea rah sirip ekor akan mengeluarkan cairan berwarna putih sperma seperti santan kelapa.
Betina
Badan terutama bagian perut membesar atau buncit, bila diraba terasa lembek
Gerakannya terasa lamban, memberi kesan malas bergerak
Jika perut diurut, akan mengeluarkan cairan berwarna kuning
Pada malam hari biasanya meloncat-loncat
Mempersiapkan tempat untuk pemijahan
Perbaikan kolam
Pengringan dasar kolam

3.Pembenihan Ikan Gurami
Usaha budidaya untuk keperluan konsumsi sudah berkembang pesat seiring dengan kemanjuan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang perikanan. Teknik budidaya ikan terus dikembangkan, baik jenis ikan yang dipelihara, fasilitas budidaya, penggunaan pakan dan cara reproduksi ikan untuk mengembangkan suatu spesies guna memperoleh keturunan lebih baik. Jaminan penyediaan benih dalam kualitas dan kauntitas yang memadai merupakan suatu syarat yang dapat menentukan keberhasilan usaha budidaya ikan. Banyak jenis dan ragam ikan yang mempunyai nilai ekonomis telah dikembangkan baik untuk pembesaran maupun perbenihan. Salah satunya adalah ikan gurami
Biologi Ikan Gurami
Dalam sistematikanya ikan gurami diklasifikasikan dalam :
• Kelas : Pisces
• Ordo : Labyrinthici
• Famili : Anabantidae
• Genus : Osphronemus
• Spesies : Osprhronemus gouramy Lac
Kegiatan Pembenihan
Kegiatan pembenihan terdiri atas beberapa tahapan yaitu :
1. Seleksi induk jantan dan betina yaitu :
Ciri induk jantan dan betina yaitu :
Ciri jantan :
• Dahi agak menonjol menyerupai cula
• Dasar sirip dada terang keputihan
• Dagu berwarna kuning
• Jika diletakkan di tempat datar ekornya naik keatas
• Ujung ekor hampir rata
• Bila dipencet perlahan kelaminnya mengeluarkan cairan sperma
• Sangat baik untuk dijadikan induk berumur antara 3-7 tahun.
Ciri betina :
• Dahi rata
• Dasar sirip dada gelap kehitaman
• Jika diletakkan di tempat datar ekornya digerak-gerakkan
• Ujung sirip ekor bundar
• Sangat baik dijadikan induk berumur antara 5-10 tahun.
2. Pembuatan Sarang
Kerangka sarang terbuat dari bambu yang ujungnya dibelah dan dianyam berbentuk kerucut. Diameter kerangka sarang antara 30-40 cm dan panjang ± 35 cm. Sarang diletakkan dibawah permukaan air antara 20-25 cm. Mulut sarang diarahkan keatas permukaan air dengan kemiringan 45o.
3. Pemijahan
Bila di kolam tidak dibuatkan sarang, biasanya induk gurami membutuhkan waktu membuat sarang setelah 15 haru dilepaskan, kesibukan ini berlangsung sekitar 1 minggu.
Pada saat proses pemijahan, telur dan sperma akan sama-sama dimasukkan oleh masing-masing induk. Proses pemijahan berlangsung selama 2-3 hari. Perbandingan ideal untuk induk jantan dan betina adalah 1:3.
4. Penetasan Telur
Sarang yang berisi telur dibersihkan atau dipisahkan dari kotoran yang menempel dengan cara membuka tutup sarang terlebih dahulu. Telur yang baik dan bakal menetas berwarna kuning mengkilat dan telur yang tidak baik berwarna keruh.
Telur kemudian dimasukkan ke dalam akuarium dengan tinggi air cukup 20 cm. Pada suhu 29oC telur akan menetas dalam waktu 30-36 jam. Setelah menetas tidak perlu diberi makanan tambahan karena masih tersedia kuning telur pada tubuhnya hingga umurnya 7-8 hari. Air diakuarium setiap hari dibersihkan dengan cara disiphon dengan membuang sepertiga sampai setengah bagian dan diganti air baru.
5. Pemeliharaan Larva
Larva dipindah ke kolam untuk dilakukan pendederan setelah berumur 10-12 hari. Pada umur tersebut bobot larva sudah mencapai 10 mg. Dengan penanganan yang baik kelangusungan hidup larva atau benih muda sampai umur 12 hari mencapai 90%.
Fase larva merupakan masa kritis dalam hidup ikan sehingga mortalitas pada fase ini sangat tinggi. Karena itu pengelolaan kesehatan lingkungan perkolaman dan pakan harus diperhatikan. Pakan yang diberikan sudah bisa berupa pakan buatan yang berbentuk powder dengan dosis 15-20% per berat biomassa, dengan frekuensi pemberian pakan 2-3 kali sehari.
4. Budidaya kodok lembu
Sejarah singkat
Budidaya kodok telah dilakukan di beberapa negara, baik negara beriklim panas maupun beriklim 4 musim. Tercatat negara-negara Eropa yang telah membudidayakan kodok antara lain : Prancis, Belanda, Belgia, Albania, Rumania, Jerman Barat, Inggris, Denmark dan Yunani, Amerika Serikat dan Meksiko. Sedangkan di Asia, Cina, Bangladesh, Indonesia, Turki, India dan Hongkong yang telah membudidayakan kodok.
Sejarah kodok tidak diketahui asalnya, karena hampir ditemukan di mana-mana, karena kemampuannya untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitarnya. Kodok yang banyak dibudidayakan di Indonesia (Rana catesbeiana ) berasal dari Taiwan, kendati kodok itu semula berasal dari Amerika Selatan.
Sentra perikanan
Mulanya uji coba budidaya kodok dilakukan di Klaten (Balai bibit ikan), yang kemudian meluas ke Jawa tengah. Di Jawa Barat pembudidayaan kodok banyak ditemui di daerah pesisir Utara, disamping membudidayakan kodok masyarakat pesisir Utara juga menangkap dari alam. Kemudian di Sumatera Barat dan Bali juga merupakan sentra pembudidayaan kodok.
Jenis
Kodok tergolong dalam ordo Anura, yaitu golongan amfibi tanpa ekor. Pada ordo Anura terdapat lebih dari 250 genus yang terdiri dari 2600 spesies. Terdapat 4 jenis kodok asli Indonesia yang di konsumsi oleh masyarakat kita yaitu:
1. Rana Macrodon (kodok hijau), yang berwarna hijau dan dihiasi totol-totol coklat kehijauan dan tumbuh mencapai 15 cm.
2. Rana Cancrivora (kodok sawah ), hidup di sawah-sawah dan badannyadapat mencapai 10 cm, badan berbercak coklat dibadannya.
3. Rana Limnocharis (kodok rawa), mempunyai daging yang rasanya paling enak, ukurannya hanya 8 cm.
4. Rana Musholini (kodok batu/raksasa). Hanya terdapat di Sumatera, terutama Sumatera Barat. mencapai berat 1.5 kg. Dan panjang mencapai 22 cm.
Manfaat
Daging kodok adalah sumber protein hewani yang tinggi kandungan gizinya. Limbah kodok yang tidak dipakai sebagai bahan makanan manusia dapat dipakai untuk ransum binatang ternak, seperti itik dan ayam. Kulit kodok yang telah terlepas dari badannya bisa diproses menjadi kerupuk kulit kodok. Kepala kodok yang sudah terpisah dapat diambil kelenjar hipofisanya dan dimanfaatkan untuk merangsang kodok dalam pembuahan buatan. Daging kodo Pembibitan
Untuk pembudidayaan kodok yang banyak dicari adalah dari jenis kodok banteng Amerika (Bull frog), diamping rasanya enak juga beratnya bisa sampai 1,5 kg. Bisa juga jenis kodok batu dari Sumatera Barat yang sampai saat ini belum dibudidayakan secara optimal, karena masyarakat masih mengambilnya
dari alam. Adapun syarat ternak yang baik adalah bibit dipilih yang sehat dan matang kelamin. Sehat, tidak cacat, kaki tidak bengkok dan normal kedudukannya, serta gaya berenang seimbang. Pastikan kaki kodok tidak mengidap penyakit kaki merah ( red legs ).
Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Pilihlah kodok yang sehat dan berukuran besar. Disamping itu perhatikan juga tanda-tanda kelamin sekundernya. Pisahkan induk berdasarkan jenis
kelaminnya. Pemisahan dilakukan sekitar 1–2 hari dimaksudkan untuk lebih merangsang nafsu diantara mereka apabila saatnya mereka dipertemukan. Untuk induk-induk yang hendak dikawinkan sebaiknya diberikan makanan cincangan daging bekicot yang masih segar dan makanan buatan lainnya.
1. Perawatan Bibit dan Calon Induk
Induk jantan dan betina berumur 4 bulan disuntik perangsang pertumbuhan Gonadotropin intramuskular dengan dosis 200-250 IU/ekor/bulan.
2. Sistem Pemijahan
a. Secara Alami
Induk jantan dan betina yang telah dipisah selama 1-2 hari disatukan di kolam pemijahan. Ikan liar dapat mengganggu hasil pemijahan. Perhatikan agar telur kodok tidak ikut terbuang air pembuangan. Di sore atau pagi hari pada saat suhu mulai menurun, barulah kita perlu membantu kelancaran proses pemijahan, yaitu dengan membuat hujan buatan.
b. Sistem Hipofisasi
Cara mutakhir untuk memijahkan kodok adalah dengan cara sistem kawin suntik menggunakan ekstrak kelenjar hipofisa untuk merangsang kodok agar kawin sesuai waktu yang kita inginkan. Dengan sistem ini kita bisa mengintensifkan pembenihan, mengurangi kematian, merawat telur-telur kodok yang telah dibuahi dalam tempat tersendiri, memberi jaminan bahwa telur-telur akan terbuahi oleh sperma seluruhnya dan tidak
memerlukan hujan buatan. Penyuntikan pada tubuh betina lazimnya pada punggung, rongga perut dan bagian kepala. cara penyuntikan pada rongga perut banyak dipilih.
Reproduksi dan Perkawinan
Kodok yang hendak disuntik ditampung pada akuarium yang diberi sedikit air dan ditutup dengan kawat kasa untuk memudahkan penangkapan. kodok-kodok tersebut telah cukup umur dan dalam keadaan matang telur. Saat penyuntikan kodok dibalut dengan kain hapa agar tidak meronta.
Kodok yang telah disuntik kemudian dilepas dalam akuarium lain dan dipantau setiap jam. Setelah 12 jam, kodok tadi disuntik kembali agar mereka mampu bertelur seluruhnya. Setelah yang betina 2 kali disuntik dan menunjukkan akan bertelur, maka kita mempersiapkan testis dari induk jantan. Sperma dikeluarkan dari testis dengan cara memotongnya dengan jarum kecil yang tajam dan dimasukkan ke cawan petri yang sudah diisi dengan air kolam yang bersih. Setelah air dalam cawan menjadi keruh dan testis sudah kosong, maka cairan testis dibiarkan selama 10 menit dalam suhu ruangan. Jika sperma aktif (dapat kita lihat dibawah mikroskop), maka kodok betina bertelur diurut perutnya agar telurnya keluar. Telur diusahakan jatuh di atas cairan sperma, lalu digoyang-goyangkan dan biarkan selama beberapa menit. Telur yang mengalami pembuahan akan mengalami rotasi.
Telur kemudian ditetaskan dan airnya diganti setiap hari dengan menjaga suhu pada kisaran 24-27 derajat C dan pH air juga diamati. Pada sistem secara alamiah, digunakan hujan buatan untuk merangsang proses perkawinan kodok, sebagaimana dijelaskan diatas.
Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan pada setiap tahap pertumbuhan kodok, Pertumbuhan dan kesehatan kodok terrgantung pada makanan dan kecocokan tempat tinggalnya. Kodok diberi makan 1 kali sehari, air di kolam diganti dan dibersihkan seminggu sekali.
2. Sanitasi dan Tindakan Preventif
Telur yang sudah dibuahi, dipindahkan pada kolam penetasan. Kolam dibersihkan dari hama dan kotoran sebelum digunakan. Telur harus dipisahkan dari induknya sehingga telur tidak terganggu proses penetasannya dan tidak dimakan oleh induknya. Memindahkan telur jangan sampai pecah sarangnya atau lendirnya. Telur-telur akan menetas setelah 48–72 jam pada suhu air 24–27 derajat C. Bila sudah menetas dipelihara pada kolam yang sama selama 10 hari.
1. Perawatan Ternak
Kodok muda yang telah mengalami metamorphose ditempatkan pada kolam permanen. Pemasukan dan pengeluaran air harus diberi penyaring untuk menghindari hama dan mencegah kodok lepas ke peraiaran umum. Padat penebaran 50-100 ekor/m² . Bila kita memelihara jenis kodok banteng yang tidak suka makanan yang tidak bergerak, makanan harus diletakkan dibawah aliran air/pancuran. Setelah berumur 3 bulan, kodok diseleksi berdasarkan kaki belakang, kulit dan ukuran badannya. Jumlah yang di seleksi 20% dari total dan dipindahkan ke kolam calon induk, sedangkan sisanya tetap dipelihara sampai masa panen pada umur 4-5 bulan. Kodok dewasa (matang gonada) untuk bibit unggul, baik jantan maupun betina di suntik dengan kelenjar hiphopisa kodok sebanyak 1 dosis. Penyuntikan dilakukan 1 bulan sekali (bila memakai sistem hiphopisa) dan padat tanam sebanyak 20-25 ekor/m² .
2. Pemberian Pakan
Terdapat berbagai macam makanan yang dapat diberikan untuk kodok di kolam pembesaran persil maupun di kolam pembesaran kodok remaja. Makanan percil sampai kodok dewasa berupa cincangan daging bekicot, cincangan daging ikan, ulat, belatung, serangga, mie, bakso dan berbagai benih ikan serta ketam-ketaman kecil dan lainnya. Dapat juga diberikan makanan buatan, dengan meramu makanan buatan kita bisa menyusun sesuai dengan tingkat umur kodok, yang terkadang sulit dilakukan apabila kita memberinya makanan yang langsung didapat dari alam. Dengan demikian maka problem yang sering dialami seperti ukuran makanan lebih besar dari lebar bukaan mulut kodok tidak perlu terjadi lagi.
5. Pemijahan Lele Dumbo Secara Alami
Kebutuhan masyarakat akan protein hewani semakin meningkat, hal ini sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu sumber protein hewani yang dapat dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Karena ikan ini sangat mudah dibudidayakan dan dapat hidup dan berkembang pada perairan yang buruk. Semakin berkembangya usaha budidaya lele, kebutuhan benih dirasa masih kurang.
Berikut diuraikan secara singkat teknik pemijahan lele dumbo, yang dapat dilakukan pada lahan yang sempit dan menggunakan sarana prasarana yang sederhana.
TEKNIK PEMIJAHAN
1. Menyiapkan Media Pemijahan
a. Menyiapkan bak pemijahan, Bak yang dipergunakan cukup dengan ukuran 2 x 3 m dengan dalam bak 1 m. Bak dicuci dengan larutan permangkanat dosis 1 sendok teh dicampur dengan 3 liter air atau 5 gr / m3 air.
b. Menyiapkan Kakaban, terbuat dari ijuk yang dibingkai dengan bambu.
c. Menyiapkan Air Pemijahan, bak pemijahan diisi dengan air setinggi 40 cm. Air yang digunakan adalah air dari PDAM.
2. Menyiapkan Induk Lele
a. Merawat Induk Lele, Induk lele yang akan dipijahkan harus diberikan pakan yang baik agar dapat menghasitkan benih yang baik. Induk lele setiap hari diberikan pakan daging bekicot atau ikan rucah. Pemberian pakan dilakukan pagi dan sore dengan dosis 10% dari berat badan. Bak penampungan induk dekat dengan bak pemijahan agar menangkapnya mudah. Sebaiknya induk jantan dan betina ditempatkan secara terpisah. Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan, perawatan induk-induk dilakukan secara terpisah.
b. Memilih induk lele siap pijah, Ciri-ciri induk betina siap pijah adalah :
 Bagian perut membesar dan lunak kalau diraba,
 Dubur terlihat merah dan lubang pengeluaran telur lunak melebar,
 Membuat gerakan mondar-mandir,
 Bagian dubur merah dan lunak dan kalau diurut dari arah perut akan keluar cairan putih atau sperma.
c. Memijahkan Lele Dumbo
 Isi bak pemijahan dengan air setinggi 40 cm.
 Pasang kakaban hingga menutupi 80% permukaan air. Lepaskan induk-induk lele yang sudah dipilih dengan perbandingan 1 betina dan 2 jantan.
 Proses pemijahan akan terjadi pada malam hari yang ditandai terlebih dahulu adanya kejar-kejaran antara induk betina dan jantan mengitari kakaban.
 Amati pada pagi hari, telur-telur sudah dilepas dan menempel pada seluruh permukaan kakaban.
d. Menetaskan Telur
 Menyiapkan bak penetasan telur, bersihkan terlebih dahulu bak-bak dengan permangkanat.
 Isi air penetasan setinggi 40 cm, pindahkan / angkat kakaban masukan kedalam bak yang sudah disiapkan.
 Amati telur-telur tersebut setelah 24 jam dan telur-telur tersebut mulai menetas. Telur yang baik akan menetas sampai 35 jam. Anak ikan yang keluar dari telur masih sangat kecil dan lemah. Badan transparan dan kalau dilihat dengan microskop akan terlihat masih mengandung kuning telur. Telur-telur yang tidak terbuahi berwarna kuning susu dan tidak akan menetas serta akan membusuk. Telur-telur yang terbuahi terlihat kuning transparan dan akan menetas setelah 34 jam sampai dengan 48 jam dikeluarkan oleh induk.
e. Pemeliharaan Larva
 Menyiapkan bak untuk budidaya pakan alami berupa dapnia atau cacing rambut. Cacing rambut banyak dijual di kios-kios pedagang ikan hias.
 Setelah telur lebih dari 48 jam dan sudah terlihat banyak yang menetas maka kakaban diangkat secara hati- hati.
 Merawat larva, larva yang baru beberapa hari menetas kondisinya masih sangat lemah. Larva in tidak memerlukan pakan tambahan sampai menunggu kandungan kuning telurnya habis. Kandungan kuning telur akan habis setelah menetas 7 hari. Untuk menjaga mortalitas yang tinggi pertu dipasang aerasi.
 Memberi pakan larva. Setetah kandungan 7 hari, kandungan kuning telur yang asd sudah habis dan harus segera diberi pakan tambahan dari luar. Pakan pertama dapat diberikan kuning telur yang diblender setiap pagi dan sore sebanyak satu butir per 5000 ekor. Pemberian pakan cacing rambut dapat diberikan setelah 11 hari dan juga dapnia.
MEMANEN BENIH LELE
Panen benih lele bukan merupakan kegiatan akhir dari kegiatan budidaya. Pemungutan hasil pertama dilakukan setelah benih berumur 17 sampai 21 hari (panjang t 2,5 cm). Pada ukuran tersebut benih lele sudah bisa ditebar pada petak pembesaran secara langsung atau ditebar pada tempat penampungan sambil menunggu pembeli.
ALAT BAHAN PEMANEN
Alat berupa seser, ember, waring, kantong plastik, tali karet, tabung udara, mangkok kecil. Perhitungan hasil biasanya dilakukan secara manual. Untuk memperoleh benih yang seragam digunakan ember plastik yang berlubang-lubang.
6. Budidaya Lobster
a. HABITAT DAN PENYEBARANNYA.
Lobster air tawar sadalah ssalah satui genus yang termasuk dalam kelompok udang (Crustacea) air tawar yang secara alami memiliki ukuran tubuh relative besar dan memiliki siklus hidup yang hanya di lingkukngan air tawar. Beberapa nama Internasional Lobster air tawar adalah Crayfish, Craw fish, dan Craw dad. Berdasarkan penyebarannya di dunia ada 3 famili lobster air tawar yakni famili Astacidae, Cambaridae Prastacidae.Lobster air tawar Astacidae dan Cambaridae tersebar di belahan bumi utara. Sedangkan Prastacidae menyebar di belahan bubmi selatan sseperti Austraklia, Indonesia, Selandia baru dan Papua Nugini.

b. ANATOMI DAN BIOLOGI
Secara morfologi spesies-spesies lobster air tawar termasuk dalam genus Cherrax, famili Parastacidae, Ordo Decapoda,kelas Malostrca, sub filum Crusteacea dan filum Arthopoda. Umumnya lobster air tawar memiliki ciri-ciri morfologi tubuh terbagi menjadi 2 bagian yakni kepala (Chephalothorax) dan badan (Abdomen). Antara kepala bagian depan dan bagian belakang di kenal dengan nama sub- Chephalothorax. Cangkang yang menutupi kepala di sebut Karapak (Carapace) yang berperan dalam melindungi organ tubuh seperti otak, insang, hati dan lambung. Karapak berbahan zat tanduk atau Kitin yang tebal yang merupakan nitrogen Polisakarida (C6 H13 O5 N) x yang di sekresikan oleh kulit epidermis dan dapat mengupas saat terjadi pergantian cangkang tubuh (Moulting). Di lihat dari organ tubuh luar lobster air tawar memiliki beberapa alat pelengkap sebagai berikut:
a. Sepasang antena yang berperan sebagai perasa dan peraba terhadap pakan dan kondisi lingkungan
b. Sepasang antena untuk mencium pakan dan satu mulut dan sepasang capit (Celifed) yang lebar dengan bentuk ukuran lebih panjang di bandingkan dengan luas dasar capitnya.
c. Enam Ruas badan (Abdoman) agak memipih dengan lebar badan rata-rata hampir sama dengan lebar kepala
d. Satu ekor tengah dengan Telson memipih sedikit lebar, dan di lengkapi duri-duri halus dan terletak di semua bagian tepih ekor samping ( Uroppod) yang memipih.
e. Enam Kaki renang (Pleopod) yang berperan dalam melakukan gerakkan renang. Di samping sebagai alat untuk bernang, kaki renang pada induk betina yang sedang bertelur memiliki karakteristik memberikan gerakkan renang dengan tujuan meningkatkan kandungan oksigen terlarut dan larva dapat terpenuhi. Kaki renang juga di gunakkan untuk membersihkan telur atau larva dari tumpukan kotoran yang vterendam.
f. Empat pasang kaki untuk berjalan

c. KARAKTERISTIK UMUM
Di bandingkan dengan morfologi tubuh udang Galah air tawar (Macrobachum resenbergii), cir-ciri khusus yang di miliki lobster air tawar adalah sebagai berikut:
1. Seluruh proses siklus hidup lobster air tawar di laksanakan di air tawar
2. Memiliki sistem pengreeman telur dari pengembangan hingga telur menetas.
3. Pengasuhan benih di lakukan sejak benih memiliki kuning telur hingga berbentuk juvenil dengan ukuran umur tertentu.
Karateristik lainya adalah meningkatnya aktivitas kaki renang terutama saat mengerami telur atau mengasuh benih.tingginya aktivitas pergerakan kaki renang untuk meningkatkan kandungan oksigen terlarut karena, baik pada saat terjadinya pembelahan inti sel (mitosis) hingga terbentuknya zigot dalam telur maupun dalam penetasan telur hinnga di lakukan pengasuhan benih, kebutuhan terhadap oksigen hanya berasal dari oksigen terlarut di dalam air sekitarnya.

d. TINGKAH LAKU LOBSTER AIR TAWAR
1. Mengkonsumsi Pakan
Di habitat aslinya,lobster air tawar aktif mencari pakan pada malam hari (nocturnal). Pakan lobster air tawar biasanya berupa biji-bijian dan bangkai hewan. Cara memakan pakan menggunakan tahapan kerja antena panjang mendeteksi bahan pakan terlebih dahulu. Jika bahan opakan tersebut sesuai dengan keinginannya, lobster akan menangkapnya menggunakan capit, selanjutnya menyerahkannya kepada kaki jalan pertama sebagai tangan pemengang pakan yang akan dikomsumsi.
Perilaku lobster air tawar yang cukup menarik untuk di amati adalah aktivitasnya saat perkawinan hingga muncul juvenil. Tahap awal yang dilaksanakan oleh setiap induk sebagai berikut :
1. Mencari pasangan.
2. Melakukan percumbuan antar pasangan.
3. Melakukan perkawinan
4. Induk betina mengerami telur
5. Induk betina mengasuh benih hinnga waktu tertentu.

e. HABITAT ALAMI.
Secara umum,habitat asli lobster air tawar adalah danau, rawa, atau sungai air tawar yang hanya terletak di kawasan perairan papua, papua neugini dan Negara-negara bagian Australia. Habitat berupa danau, rawa atau sungai yang biasa di tempati dalam melaksanakan siklus hidup lobster air tawar adalah habitat yang memiliki ciri-ciri khusus, seperti tepi relative dangkal di lengkapi dasar yang terdiri dari campuran Lumpur, pasir dan batuan. Disamping itu habitat alam tumbuhan air atau tumbuhan darat yang memiliki akar atau batang terendam air dan daunnya berada di atas permukaan air.
Berkaitan dengan kondisi lingkungan habitat alami beberapa species lobster air tawar hidup dengan suhu air 26-300C, seperti habitat yang terletak di daerah dataran rendah.

f. SPESIFIKASI LOBSTER AIR TAWAR CAPIT MERAH. (RED CLAW)
Lobster air tawar capit merah (red claw), merupak salah satu species endemic dari kelompok udang yang pada awalnya hidup di habitat alam seperti sungai, rawa, yang ada dikawasan quensland, Australia secara khusus, ciri-ciri morfologi lobster air tawar capit merah adalah warna tubuihnya hijau kemerah-merahan, dengan warna dasar begian atas capit berupa garis merah tajam, terutama induk jantan yang telah berumur lebih dari 7 bulan.
Selain itu, memiliki duri-duri kecil yang terletak di atas seluruh permukaan capit yang dilengkapi duri berwarna putih di atas permukaan setiap segment capit, telur berwarna kuning kemerahan yang memiliki masa pengeraman telur 32-35 hari dengan suhu air 20-220C. lobster air tawar capit merah dapat hidup dan tumbuh pada suhu 20-370C. meskipun demikian suhu air optimum yang paling tepat kurang lebih untuk hidup dan tumbuh adalah 23-310C. sementara itu toleransi terhadap kandungan oksigen didalam air adalah 1 ppm, keasaman 6-9,5 dan amoniak 1 ppm.

g. MEMPEROLEH CALON INDUK
Secara umum tujaun memperoleh calon induk adalah untuk mendapatkan bahan yang dapat dijadikan sebagai induk baik jantan maupun betina yang akan digunakan dalam memproduksi benih. Karena itu teknik yang paling tepat untuk digunakan adalah pengambilan calon induk hasil penangkapan dari habitat alam atau seleksi hasil budidaya. Pelaksaannya meliputi seleksi jenis kelamin yang disesuaikan dengan umur, ukuran panjang, total tinggi dan tingkat kondisi gonat. Disamping itu beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah jenis wadah dan ukurannya, tingkat kepadatan tebar, jenis dan kandungan protein dalam pakan secara system pengolahan dan pemeliharaannya.

h. SELEKSI BERDASARKAN JENIS KELAMIN
Lobster air tawar merupak species dimopys yakni terdiri dari Janis kelamin jantan dan betina. Jenis kelamin jantan lobster air tawar dapat dibedakan secara pasti jika usianya telah mencapai 2-3 bulan dengan panjang total rata-rata 4-6 cm. ciri-ciri primer pembeda Janis kelamin calon induk lobster air tawar adalah bentuk yang terletak di tangkai jalan dan ukuran capit. Sementara itu ciri-ciri sekunder yang dapat dilihat secara visual adalah kecerahan warna tubuhnya calon induk jantan memilki tonjolan didasar tangkai kaki jalan kelima jika penghitungan dimulai dari kaki jalan dibawah mulut ciri lobster air tawar betina adalah adanya lubang bulat yang terletak didasar kaki ketiga. Berdasarkan capitnya, calon induk jantan memiliki ukuran capit 2-3 kali lebar buku pertama (tangkai capit) dan calon induk betina memilki ukuran capit yang sama atau 1,5 kali buku pertama.
i. Pembenihan Lobster Air Tawar Capit Merah (Cherax Quadricaritus)
1. Persiapan wadah dan media pembenihan lobster air tawar (bak pemijahan dan aquarium penetasan)
Sebelum melakukan pembenihan lobster air tawar, sebaik nya dilakukan pengecekan kualitas air. Jika kualitas air di lokasi tersebut sesuai dengan kebutuhan lobster air tawar maka bisa di lakukan kegiatan selanjutnya. Kemudia kita harus mengetahui apakahn kualitas airdidaerah tersebut mampu untuk mencukupi kebutuhan bak pemijahan dan penetasan telur.
Pesiapan bak pemijahan dilakukan sebelum penebaran induk lobster. Persiapan bak pemijahan dilakukan dengan membersihkan bak dan aquarium dari kotoran – kotoran atau lumut, begitu pula dengan aquarium penetasan yang persiapannya dilakukan denganmembersihkan aquarium dari kotoran – kotoran atau lumut sehingga mudah terjankit penyakit yang dapat menyebabkan lobster secara masal
Pembersihan bak pemijahan dan aquarium penetasan di lakukan dangan menggosok dingdin bak / aquarium dengan menggunakan kain/sikat kemudian bak dan aquarium tersebut dilas dengan menggunakan air bersih sersih induk-induk yang ada akan siap di pijahkan dan setelah induk lobster telah matang gonad maka sebaiknya induk tersebur di pindahkan ke aquarium penetasan.
Persiapan bak pemijahan dan aquarium penetasan juga meliputi sanitasi peralatan (substrak) yang di gunakan. Selama melaksanakan praktek substrak yang di gunakn adalah adalah pipa PVC, yang ukurannya di sesuaikan oleh ukuran lobster yang akan di pijahkan (2,6, dan 9 inci ) pipa PVC ini yang di gunakan sebagai tempat berlindung karena pada saat molting kondisi lobster sangat lemah dan sangat rentan untuk di makan oleh lopster.
2. Pemilihan induk capik merah (Cherax quadrucarinatus)
Setelah melakukan penyiapan wadah dan media budidaya lobster air tawar, langkah selanjutnya adalah melakukan pemilihan induk atau seleksi induk lobster air tawar yang akan di budidayakan. Persiapan dan seleksi tahap induk yang akan di pijahkan penting dan mutlak di lakukan sehingga dapat menhasilkan benih yang berkualitas (patasik 2004) sebelum melakukan pemilihan induk terlebih dahulu di ketahui cirri-ciri induk lobster air tawar yang baik dan mampu menhasilkan telur yang dalam jumlah yang cukup banyak.
Pemilihan lobster air tawar dapat di lakukan dengan mengidentifikasi ciri-ciri lobster air tawar yang dapat di pijahkan. Hal ini dapat di lakukan dengan melihat persyaratan fisik dan biologis induk tersebut secara fisik induk lobster air tawar dapat di identifikasih dengan melihat perlenkapan bagaian tubuh. Bentuk tubuh yang sempurnah tidak ada yang cacat dan memar sedangkan secara biologisnya, induk lobster air tawar khususnya capit merah (red clow) sangat mudah untuk di bedahkan antara induk jantan dan betina, pada lobster yang berkelamin jantang terdapat pada capit merah yang terletak pada capik pertama bagian luarnya, sedankan pada induk betina tidak terdapat tanda tersebut.warna merah tersebut biasanya sudah biasah di identifikasih setelah umur 4 bulan.
Selain itu, induk jantang dan betina dapat dibedakan dengan membalikkan tubuh lobster pada induk jantang terdapat 2 tonjolan pada pangkal kaki jalang paling belakang, sedangkan induk lobster betina terdapat 2 bulatang pada pangkal kaki jalan ke 3 dari belakang.
Berikut ini adalah cara memilih induk yang akan di pijahkan, diantaranya sebagai berikut :
a). Jenis kelamin jatan dan betina
Dalam memilih lobster jangtan dan betina untuk di jadikan indukan sebenarnya tidak jadi masalah. Namun, perlu di lihat dari ukuran tubuhnya. Lobster jangtang umumnya lebih besar dari pada tubuh lobster betina pada umur yang sama. Untuk membedahkan jantang dan betina (alat kelamin). Alat kelamin pada jantang (petasma) terdapat pada pangkal kaki yang ke 5, bentuk alat kelaminnya berupa benjolang.sementara alat kelamin pada lobster betina (thelchum) terdapat pada kedua pangkal kaki jalan yang ketiga, bentuknya juga menyerupai benholan, tapi lebih pendek bila di bandingkan dangan alat kelaming jantan.
b). sehat dan pertumbuhannya normal
lobster yang akan di pelihara harus dalam keadaan sehat.lobster yang sehat di tandai dengan pergerakannya yang aktif atau tidak berdiam diri. Selaain itu, kondisi lobster yang sehat juga dapat di lihat dari tingkat pertumbuhannya yang normal. Lobster yang berumur 2-3 bulan dari jenis Cherex quarricarinatus misalnya, pangjan tubuhnya 5-7 cm
Lobster yang akan di pilih sebaiknya memiliki tubuh yang sama dan seimban. Misalnya, ukuran kedua capik sama besar. Jika tidak sama besar. Hal itu menandakan salah satu capit besar lobster pernah patah, capik besar yang pernah patah tumbh lebih kecil di bandinkan dengan capik sebelumnya.
c). Nafsu makan tinggi
Nafsu makan lobster yang akan di pilih sebaiknya harus tinggi. Hal ini di masudkan agar kondisi fisiknya kuat dan pertumbuhannya cepat, karena lobster yang kuat tidak mudah sakit dan atres. Untuk mengetahui nafsu makan lobster, sebaiknya di beri satu ekor cacing merahm, jika makanan tersebut langsun di terkan, dapat di pastikan lobster tersebut bernafsu makan tinggi. Dapat pulah di lihat dari kondisi tubuhnya yang kuat dan padat.
d). Tidak cacat
Meskipun cacat fisik pada lobsrwe tidak bersifat permanen, tetapi lobster yang cacat tidak di pilih

j. Pemijahan Lobster Capit Merah (Cherex Quarricarinatus)
` Setelah di lakukan pemilihan induk, langkah selanjutnya adalah melakukan pemijahan. Pemijahan lobster pada saat ini baru di lakukan secara alami. Induk lobster yang di pilih di masukan ke dalam bak pemijahan. Bak pemijahn yang di gunakan berbentuk persegi panjang.dengan panjang2 meter, lebar 1 meter, serta dengan ketinggian air 19-25 cm perbandingan induk jantan dan betina adalah 1:2 (perpaket). Dlam satu bak pemijahan biasanya diisi satu paket induk lobster siap pijah, namun biasa juga diisi 2 paket lobser.
Proses pemijahan akan berlangsung cukup lama dari selang waktu pemasukan induk kedalam wadah pemijahan. Induk-induk tersebut akan beradaptasi terlebih dahulu dengan lingkungannya.
Induk lobster yang telah terangsang akan melakukan fore play dangan cara induk betina akan mengejar induk jantan. Setelah proses kejar-kejaran berlangsung,selanjutnya induk jantan akan membalikan dengan posisi teletang dan melakukan kopulasi dengan bentuk Y bersama induk betina. Proses ini berlangsung 0,5-1 jam. Dalam proses tersebut induk jantan akan melanjutkan sperma dan diletakan pada alat kelamin betina, selanjutnya induk betina akan mengeluarkan sperma dan diletakan pada alat kelamin betina, selanjutnya induk betina akan mengeluarkan telur. Telur yang dikeluarkan oleh induk tersebut akan dibuahi oleh sperma.
Telur yang telah dibuahi tersebut akan disimpan oleh induk betina didalam tubuh. Telur yang disimpan oleh induk betina akan turun ke bawah sampai dibagian kaki renangnya. Sedangkan waktu yang dibutuhkan induk betina untuk megerami telurnya sekitar 5-6 minggu

k. pemindahan induk matang telur ke aquarium penetasa
Setelah 2-3 minggu, telur yang telah dibuahi tersebut akan berwarna kuning matang, setelah warna telur berubah kuning tua, maka induk tersebut dipindahkan ke aquarium penetasan. Satu aquarium hanyar dimasukkan 1 induk yang telah matang telur. Setelah 1-2 minggu di aquarium penetasan, akan menetas menjadi larpa, namun proses penetasan berlangsung secara bertahap dan memerlukan waktu yang cukup lama, yaitu sekitar 12-24 jam itupun tergantung dari banyak teluryang dihasilkan.


























BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Balai Besar Air Tawar yang terletak di kota Sukabumi, Jawa barat, tepatnya pada KM 3 arah ke objek wisata Selabintana merupakan unit pelaksana teknis dibidang bimbingan produksi dan sumber hayati perikanan, dalam lingkungan departemen perikanan pertanian yang berada dibawah dan bertanggjung jawab kepada direktur jenderal perikanan. Dalam melaksankan fungsinya ini BBAT dengan luas areal 26 Ha ini mengembangkan beberapa komoditas perikanan air tawar diantaranya ikan gurami, nila, lele,patin,udang, mola, kodok lembu,serta ikan hias air tawar.
Selain melakukan pembudidayaan ikan air tawar, BBAT yang telah berdiri sejak tahun 1920 ini juga dijadikan sebagai labolatorium perikanan yang meliputi uji hama dan penyakit serta uji kualitas air. Oleh karena itu BBAT Sukabumi ini dapat dikatakan sebagai rumah penelitian budidaya perikanan yang memperkaya ilmu hayati perikanan air tawar terbesar di Indonesia.
4.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan penulis diantaranya:
Untuk mengkaji ilmu perikanan secara praktisi lebih dalam lagi, sebaiknya kuliah lapangan ini dilaksanakan dalam waktu yang reatif yang cukup
Sebaiknya kuliah lapangan ini dilaksanakan pada cuaca yang mendukung
Selain mengenal komoditas-komoditas budidaya perikanan, sebaiknya mahasiwa/i diperkenankan untuk mengenal labolatorium serta pengenalan alat-alatnya.











DAFTAR PUSTAKA

Santoso, Budi. 1993. Ikan mas. Yogyakarta: Kanisius.
Soeseno, Slamet. 1983. Budidaya Ikan dan Udang dalam Tambak. Jakarta:Gramedia.
Warta Jaladri No. 03/01/05. BPPP Tegal
Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara
WWW.O-FISH.COM